PEMBELAJARAN QOWA’ID NAHWIYAH
(تدريس القواعد النحوية)
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Metodologi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Syafi’i Jauhari

Disusun oleh:
Nur Hidayat (14030260)
Fita Wahyu Rosyidah (1403026070)
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu unsur terpenting dalam memahami bahasa Arab adalah memahami tata
bahasanya yang dikenal dengan istilah qawa’id. . Kata qawa’id merupakan jama’
dari kata qai’dah. Secara makna leksikal, Munawwir (2002: 1138) mengartikan
dengan arti dasar, alasan, pondamen, peraturan, kaidah. Sedangkan secara
istilah, qa’idah adalah ketentuan universal yang bersesuaian dengan
bagian-bagiannya (juz-juznya). Dalam pembelajaran bahasa Arab, qawa’id tidak
dilaksanakan tersendiri dengan tujuan menghafal kaidah-kaidah tata bahasa
semata. Biasanya qawa’id diajarkan melalui bahan bacaan dalam pembelajaran
qiroah. Dengan demikian jelaslah bahwa qawa’id untuk tingkat permulaan dan
tingkat menengah belum boleh diajarkan sebagai tujuan, karena sebenarnya tujuan
dari pengajaran qawa’id ialah kemampuan mengutarakan fikiran dan perasaan
dengan bahasa yang benar dan cermat serta kemahiran memahami apa yang didengar
dan apa yang dibaca.
Qowa’id dalam kebahasaan adalah suatu gramatikal bahasa yang mana mencakup
ilmu Nahwu dan Sharaf. Makalah ini akan memaparkan pemebelajaran Qowa’id
Nahwiyyah. Semoga makalah ini bisa memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pembelajaran bahasa Arab, khususnya yang berkaitan dengan pembelajran qawa’id.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiman
posisi nahwu dalam metode PBA?
2.
Bagaimana
teori pembelajaran qowa’id nahwiyah?
3.
Apa
tujuan pembelajaran qowa’id nahwiyah?
4.
Apa
saja metode pemebelajaran qowa’id nahwiyah?
5.
Bagaimana
petunjuk umum dalam pembelajaran qowa’id nahwiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Posisi Nahwu Dalam Metode-Metode PBA
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak digunakan
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah prilaku siswa ke
arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang
dimiliki oleh siswa.
Sedangkan qawa’id adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat
dalam menyusun kalimat bahasa Arab, di mana cabang dari ilmu qawa’id ini sangat
banyak diantaranya adalah ilmu nahwu dan sharaf. Dengan demikian, pembelajaran
qawa’id adalah proses interaksi peserta didik dengan lingkungannya dalam hal
ini materi qawa’id sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik di mana
mereka dapat memahami, mengerti dan menguasai qawa’id dan diharapkan mereka
mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dengan baik dan benar.
Nahwu adalah ilmu yang berupa jalur lintasan (thariq) yakni aturan yang
dibuat dengan meletakkan suatu contoh model dengan tujuan untuk mengarahkan
(jihah) kepada suatu maksud tujuan (qashd) pembacaan dan sekaligus pemaknaan
yang benar sehingga terhindar dari adanya kekliruan (lahn).[1]
Menurut al-Fauzan (2011) Qowa’id dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
al-Qawa’id al-Ta’limiyyah dan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah, yaitu:
a. Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah ditujukan untuk para siswa yang belajar bahasa
Arab, sedangkan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah ditujukan untuk mereka yang mendalami
qawa’id secara khusus.
b. Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah merupakan sarana untuk mempelajari bahasa, bukan
sebagai tujuan. Sedangkan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah dipelajari sebagai wawasan
dan pengetahuan.
c. Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah difokuskan pada sttruktur-struktur tertentu,
sedangkan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah difokuskan pada kaidah-kaidahnya.
d. Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah mendahulukan bahasa daripada qaidah, sedangkan
Al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah mementingkan penjelasan dan rinciannya.
e. Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah tidak mementingkan penjelasan dan rinciannya,
sedangkan Al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah mementingkan penjelasan dan perinciannya.[2]
2.
Teori Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Nahwu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa
dan mampu memahaminya dengan baik dan
benar dalam bentuk tulisan (membaca, menulis dengan benar) maupun dalam bentuk
ucapan (bicara dengan benar). Jadi dalam pembelajarannya siswa tidak cukup
dengan menghafal kaidah-kaidah nahwu kemudian selesai, melainkan setelah itu
siswa harus mampu menerapkan kaidah itu dalam membaca dan menulis teks
berbahasa Arab. Dengan kata lain penguasaan kaudah-kaidah nahwu adalah sebagai
sarana berbahasa bukan tujuan akhir dari pembelajaran tentang bahasa.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab terlebih dahulu sebelum
mengajarkan nahwu adalah: apa materi nahwu yang harus dipelajari siswa yang
belajar bahasa Arab? Apakah semua kaidah-kaidah nahwu mulai yang sederhana
sampai yang sulit, perbedaan-perbedaan pendapat para ahli nahwu dan sebagainya
dibutuhkan oleh pembelajaran bahasa Arab? Kapan waktu yang cocok untuk memberi
materi tersebut kepada pembelajar? Dan bagaimana materi yang sudah dipilih
disampaikan kepada pembelajar?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Ahmad Sayyid mengkaji tentang
pokok bahasan nahwu yang harus dipelajari oleh pembelajar bahasa pada tingkat ‘idadiyah.
Dari hasil penelitiannya dia mengusulkan pokok-pokok bahasannya sebagai
berikut:
١.
المضارع في جميع أحواله
٢.
الفاعل
٣. نائب
الفاعل
٤. المبتدأ
والخبر
٥. أن
واخواتها
٦. كان
واخواتها
٧. المفعول
به
٨. المفعول
فيه
٩. الحال
١٠.
الاستثناء
١١. التمييز
١٢. المجرور
بالحروف
١٣. المضاف
اليه
١٤. حروف
الجر
١٥. حروف
العطف
١٦. حروف
النصب
١٧. حروف
الجزم
١٨. اسماء
الاستفهام
١٩. الإفراد
والتثنبة والجمع
٢٠. الاسماء
الخمسة
٢١. النعت
Pertanyaan-pertanyaan di atas harus dijawab
terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas sehingga
pembelajar akan mempelajari sesuatu yang memang mereka butuhkan dalam
hubungannya dengan belajar bahasa Arab.[3]
3.
Tujuan Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Ada beberapa tujuan dan faedah belajar ilmu Qawa‟id, diantaranya
sebagai berikut:
a.
Mencegah
ucapan dari kesalahan, menjaga tulisan dari kekeliruan,membiasakan berbahasa
dengan benar, ini semua adalah tujuan utama dari tujuan pembelajaran ilmu
nahwu.
b.
Membiasakan
siswa memiliki kekuasaan dalam memperhatikan,cara berfikir yang logis dan
teratur, melatih para pejabat dalam mengambil istimbat, hukum dan
penjelasan yang logis. Di mana para siswa dapat membiasakan terhadap hal-hal
diatas karena mereka telah mengikuti metode isti’raiy dalam pembelajar
nahwu.
c.
Membantu
memahami perkataan secara benar dengan mengerti maknadengan tepat dan cepat.
d.
Menajamkan
akal, mengasah perasaan, menambah perbendaharaan kosakata bagi para siswa.
e.
Agar
siswa memperoleh kemampuan memperagakan kaidah-kaidahnahwu di dalam menggunakan
kalimat yang berbeda-beda. Maka hasilyang dapat diperoleh dari pembelajaran
nahwu adalah siswa semakinmantap dalam mempraktekan kaidah-kaidah nahwu dalam
strukturkalimat yang dipergunakan dalam kehidupan serta bermanfaat
untukmemahami kesusasteraan.
f.
Kaidah
nahwu itu membuat aturan dasar yang detail dalam penulisan cerita, sehingga
tidak memungkinkan bergantinya tema terkecuali sudah selesai hikayat tersebut
sesuai dengan tata cara yang bersandar pada aturan-aturan dasar yang
mengikatnya.
4.
Macam-Macam Metode Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Dalam buku metode dan strategi pembelajaran bahasa Arab ada dua
model pembelajaran nahwu yang dikenal dengan metode qiyasiy dan istiqraiy.
Metode qiyasiy ini dengan menyajikan kaidah-kaidah dulu kemudian
contoh-contoh. Metode ini metode pertama yang digunakan dalam pengajaran nahwu.
Adapun metode istiqrai (induktif) adalah kebalikan metode qiyasiy (deduktif), yakni
pengajaran dimulai dengan menampilkan contoh-contoh kemudian disimpulkan
menjadi kaidah-kaidah nahwu.
Adapun strategi dan langkah-langkah pembelajaran nahwu sesuai
dengan dua metode di atas dalam penerapannya secara ringkas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Model pertama dengan menggunakan metode qiyasiy[4]:
a.
Guru
masuk kelas dan memulai pelajaran dengan menggunakan tema tertentu.
b.
Guru
melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan kaidah-kaidah nahwu.
c.
Pelajaran
dilanjutkan dengan siswa memahami serta menghafal tentang kaidah-kaidah nahwu.
d.
Kemudian
guru mengemukakan contoh-contoh atau teks yang berkaitan dengan kaidah.
e.
Guru
memberikan kesimpulan-kesimpulan pelajaran.
f.
Setelah
dianggap cukup siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan.
Contoh:
Materi
pembelajarannya adalah membuat kalimat sempurna ( الجملة المفيدة ) maka guru memulai
dengan menjelaskan dari definisi jumlah mufidah dan diikuti dengan
contoh-contoh dan latihan. Jelasnya tergambar dalam pelajaran berikut ini:
الجملة
المفيدة
الشرح
:
الجملة هي الكلام المركب المفيد مثل، (قام
زيدٌ)، و(العلم كنزٌ)
والتركيب هو ضمّ كلمة إلى كلمة فأكثر، وهو
نوعان:
١. كلامى،
وهو الكلام المفيد فائدة تامّة يسمى جملة مفيدة، كالأمثلة السابقة
٢. غير
كلامى، وهو ما كان في حكم الكلمة المفردة مثل: (عبد الله)
الجملة
المفيدة قد تتركّب من كلمتين، و قد تتركّب من أكثر، و كل كلمة فيها تُعَدُّ جزءا
منها.
أمثلة
على الجملة المفيدة
١. الأرض
واسعة.
٢. القمر بدر.
٣. جلس أحمد
٤. اشترى سامي
سيارة.
٥. سافر أبي
إلى مصر.
٦. كتب فادي
رسالة إلى أخيه
هناك جُمَل مؤلفة في الظاهر من كلمة واحدة مثل:
(جلس)، فهي في الحقيقة ليست بكلمة واحدة بل هي جملة مركبة من كلمتين: الأولى
ملفوظة وهي (جلس)، والثانية غير ملفوظة وهي (هو).
تمارين
تطبيقية
أولا: بيِّن عدد
الكلمات في كل جملة من الجمل التالية:
١. الثوب
جميل.
٢. ذهب سمير
إلى المدرسة
٣. الأرض
خضراء
ثانيا: ضع
الكلمة المناسبة في موضع النطق لكي تكون الجملة المفيدة:
١. سمع محمد
........
٢. أكل الولد
........
٣. ........
السماء[5]
Model kedua dengan menggunakan
metode istiqraiy:
a.
Guru
memulai pelajaran dengan menentukan topik atau tema pelajaran.
b.
Guru
menampilkan contoh-contoh kalimat atau teks yang berhubungan dengan tema.
c.
Siswa
secara bergantian diminta untuk membaca contoh-contoh atau teks yang
ditampilkan oleh guru.
d.
Setelah
dianggap cukup, guru mulai menjelaskan kaidah-kaidah nahwu yang terdapat dalam
contoh atau teks yang berkaitan dengan tema.
e.
Dari
contoh-contoh atau teks, guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan/rangkuman tentang kaidah-kaidah nahwu.
f.
Terakhir
siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan.
Contoh: tema pelajarannya tentang
macam-macam kata dalam bahasa arab maka model strategi pembelajarannya dimulai
dengan mengemukakan contoh-contoh kemudian disimpulkan menjadi sebuah kaidah.
أقسام الكلمة
(الاسم والفعل والحرف)
أمثلة
:
١. قرأ فريد
كتاب التاريخ
٢. في المكتب
كتبٌ
٣. إنّ الدين رحمة
اللعالمين
الشرح
:
في الأمثلة
السابقة نجد كلمات تدلّ على الإسم والفعل والحرف. الإسم منه : فريد، كتاب،
التاريخ، لمكتب، كتبٌ، الدين، رحمة، اللعالمين. الفعل منه : قرأ. الحرف منه : في،
إنّ.
تمارين
تطبيقية
أولا: ضع
الاسم المناسب في مكان النطق:
١. يطير الطير
في ........
٢. جلستُ على
........
٣. قام أحمد
أمام ........
ثانيا: أعْطِ
ثلاث جمل تبدأ بفعل واسم وحرف
5.
Petunjuk Umum Dalam Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Menurut metode Herbart ada lima langkah yang sistematis yang bisa di
aplikasikan dalam pembelajaran bahasa, yaitu:
a. Tahap persiapan
Pada langkah persiapan, guru mempersiapkan
bahan/materi pelajaran yang akan disajikan secara matang, kemudian mengadakan
apersepsi terhadap pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang akan
diberikan .
b. Tahap penyajian bahasa pelajaran
Setelah diadakan apersepsi, langkah berikutnya guru mulai memberikan materi
pelajaran, dengan dimulai dari hal-hal yang kongkret kepada yang abstrak, dari
yang mudah/sederhana menuju kepada yang sukar/muskil. Sehingga pelajaran dapat
diberikan berurutan dan sistematis.[6]
c. Memperbandingkan
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh
tersebut.
Satu demi satu, mana saja yang berbeda dan mana yang ada persamaannya apa jenis katanya dan apa macam i’robnya, dan sebagainya. Dengan demikian guru bersama siswa dapat mengambil kesimpulan bersama dari kaidah tersebut.
Satu demi satu, mana saja yang berbeda dan mana yang ada persamaannya apa jenis katanya dan apa macam i’robnya, dan sebagainya. Dengan demikian guru bersama siswa dapat mengambil kesimpulan bersama dari kaidah tersebut.
d. Mengambil kesimpulan
Setelah selesai memperbandingkan dan mengetahui
sifat-sifat yang ada persamaannya atau perbedaannya dalam misal itu, maka
dapatlah guru bersama siswa mengambil kesimpulan kaidah tadi dengan memberikan
nama istilahnya. Kemudian guru menuliskan kaidah itu di papan tulis dan
menyuruh salah seorang murid membacanya.
e. Tatbiq
Setelah siswa mengetahui pokok kaidah, haruslah siswa tersebut diberi
latihan sesuai dengan kaidah tersebut. Melalui langkah-langkah sebagai berikut
:
1)
Guru memperlihatkan
beberapa kalimat yang sempurna, lalu para siswa disuruh menerangkan mana yang
berhubungan dengan kaidah yang telah dipelajari.
2)
Guru memperlihatkan
kalimat-kalimat yang tidak sempurna hanya titik saja, lalu siswa disuruh
mengisinya.
3)
Guru memberikan
kata-kata, lalu siswa disuruh menyusun kalimat sempurna dari kata-kata itu
sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
4)
Guru menyuruh siswa
membuat kalimat-kalimat yag sempurna dari kalangan siswa sendiri sesuai dengan
kaidah tersebut.
5)
Supaya siswa terangsang
hendaklah guru bisa menggabungkan dengan materi lain.
Selain itu, sebelum
guru memulai pelajarannya, hendaknya mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Hendaklah menyiapkan beberapa contoh untuk kaidah yang akan diajarkan
2) Misal-misal (contoh) itu dituliskan di papan tulis dengan tulisan yang
terang dan benar.
3) Suruhlah siswa melihat dan memperhatikan ke papan tulis dan salah seorang
diantaranya disuruh membaca misal itu.
4) Suruh para sisiwa memperhatikan missal itu satu persatu, yaitu dengan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menjadi pokok dan jalan untuk memahami
kaidah tersebut.
5) Setelah selesai bertanya jawab dan memperbandingkan misal-misal itu, maka
kemudian guru menyuruh menyimpulkan definisi contoh tersebut.
6) Guru menuliskan definisi yang disimpulkan oleh siswa.
7) Berikanlah kata-kata kunci, supaya siswa menyusun kata-kata itu dalam
kalimat yang mengandung arti, sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
8) Perhatikanlah kepada siswa beberapa kalimat dan disuruh mereka mengatakan
apa-apa yang berhubungan dengan kaidah tersebut.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Salah satu sarana
terpenting dalam memahami bahasa Arab adalah qawa’id, yang terdiri dari nahwu
dan sharaf. Secara umum pembelajaran qawa’id bertujuan untuk memelihara lisan
dari kesalahan dan memelihara tulisan dari kekeliruan serta menciptakan
kebiasaan berbahasa yang benar. Agar proses pembelajaran qawa’id ini mencapai
tujuan yang diharapkan, seorang guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip
dalam pembelajaran qawa’id. Selain itu, seorang guru dituntut juga untuk
menentukan metode dan teknik yang sesuai dengan tingkatan sehingga pembelajaran
berjalan dengan terarah dan jelas dan siswa pun memahami materi yang
disampaikan. Seorang guru juga perlu menentukan langkah-langkah pembelajaran
yang dijadikan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
[1]
Abdullah Muzakki. Pengantar Studi Nahwu. (Yogyakarta: CV. Idea
Sejahtera, 2015). Hlm. 3
[2] Al-Fauzan, A.R. Idhaat
li Mu’allim al-Lughah al-‘Arabiyyah li Ghairi al-Natiqhina Biha. Riyadh:
al-Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Su’udiyah. (2011).
[3]
Bisri Mustofa
dan Abdul Hamid. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
(Malang: UIN Maliki Press, 2012). Hlm. 71-74
[6]
Acep Hermawan. Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011). Hlm. 220
[7]
Husni Abdul
bari ‘Ashr. Maharat Tadris An-Nahwi Al-‘Araby. (2005). Hlm. 203
Tidak ada komentar:
Posting Komentar