Kamis, 18 Mei 2017

metodologi pembelajaran_PEMBELAJARAN QOWA’ID NAHWIYAH (تدريس القواعد النحوية)



PEMBELAJARAN QOWA’ID NAHWIYAH
(تدريس القواعد النحوية)
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Metodologi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Syafi’i Jauhari

logo uin.jpg

Disusun oleh:
Nur Hidayat (14030260)
Fita Wahyu Rosyidah (1403026070)


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Salah satu unsur terpenting dalam memahami bahasa Arab adalah memahami tata bahasanya yang dikenal dengan istilah qawa’id. . Kata qawa’id merupakan jama’ dari kata qai’dah. Secara makna leksikal, Munawwir (2002: 1138) mengartikan dengan arti dasar, alasan, pondamen, peraturan, kaidah. Sedangkan secara istilah, qa’idah adalah ketentuan universal yang bersesuaian dengan bagian-bagiannya (juz-juznya). Dalam pembelajaran bahasa Arab, qawa’id tidak dilaksanakan tersendiri dengan tujuan menghafal kaidah-kaidah tata bahasa semata. Biasanya qawa’id diajarkan melalui bahan bacaan dalam pembelajaran qiroah. Dengan demikian jelaslah bahwa qawa’id untuk tingkat permulaan dan tingkat menengah belum boleh diajarkan sebagai tujuan, karena sebenarnya tujuan dari pengajaran qawa’id ialah kemampuan mengutarakan fikiran dan perasaan dengan bahasa yang benar dan cermat serta kemahiran memahami apa yang didengar dan apa yang dibaca.
Qowa’id dalam kebahasaan adalah suatu gramatikal bahasa yang mana mencakup ilmu Nahwu dan Sharaf. Makalah ini akan memaparkan pemebelajaran Qowa’id Nahwiyyah. Semoga makalah ini bisa memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembelajaran bahasa Arab, khususnya yang berkaitan dengan pembelajran qawa’id.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaiman posisi nahwu dalam metode PBA?
2.    Bagaimana teori pembelajaran qowa’id nahwiyah?
3.    Apa tujuan pembelajaran qowa’id nahwiyah?
4.    Apa saja metode pemebelajaran qowa’id nahwiyah?
5.    Bagaimana petunjuk umum dalam pembelajaran qowa’id nahwiyah?






BAB II
PEMBAHASAN

1.        Posisi Nahwu Dalam Metode-Metode PBA
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah prilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa.
Sedangkan qawa’id adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat dalam menyusun kalimat bahasa Arab, di mana cabang dari ilmu qawa’id ini sangat banyak diantaranya adalah ilmu nahwu dan sharaf. Dengan demikian, pembelajaran qawa’id adalah proses interaksi peserta didik dengan lingkungannya dalam hal ini materi qawa’id sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik di mana mereka dapat memahami, mengerti dan menguasai qawa’id dan diharapkan mereka mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dengan baik dan benar.
Nahwu adalah ilmu yang berupa jalur lintasan (thariq) yakni aturan yang dibuat dengan meletakkan suatu contoh model dengan tujuan untuk mengarahkan (jihah) kepada suatu maksud tujuan (qashd) pembacaan dan sekaligus pemaknaan yang benar sehingga terhindar dari adanya kekliruan (lahn).[1]
Menurut al-Fauzan (2011) Qowa’id dibagi menjadi dua jenis, yaitu: al-Qawa’id al-Ta’limiyyah dan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah, yaitu:
a.    Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah ditujukan untuk para siswa yang belajar bahasa Arab, sedangkan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah ditujukan untuk mereka yang mendalami qawa’id secara khusus.
b.    Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah merupakan sarana untuk mempelajari bahasa, bukan sebagai tujuan. Sedangkan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah dipelajari sebagai wawasan dan pengetahuan.
c.    Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah difokuskan pada sttruktur-struktur tertentu, sedangkan al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah difokuskan pada kaidah-kaidahnya.
d.   Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah mendahulukan bahasa daripada qaidah, sedangkan Al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah mementingkan penjelasan dan rinciannya.
e.    Al-Qawa’id al-Ta’limiyyah tidak mementingkan penjelasan dan rinciannya, sedangkan Al-Qawa’id al-‘Ilmiyyah mementingkan penjelasan dan perinciannya.[2]

2.        Teori Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Nahwu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu  memahaminya dengan baik dan benar dalam bentuk tulisan (membaca, menulis dengan benar) maupun dalam bentuk ucapan (bicara dengan benar). Jadi dalam pembelajarannya siswa tidak cukup dengan menghafal kaidah-kaidah nahwu kemudian selesai, melainkan setelah itu siswa harus mampu menerapkan kaidah itu dalam membaca dan menulis teks berbahasa Arab. Dengan kata lain penguasaan kaudah-kaidah nahwu adalah sebagai sarana berbahasa bukan tujuan akhir dari pembelajaran tentang bahasa.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab terlebih dahulu sebelum mengajarkan nahwu adalah: apa materi nahwu yang harus dipelajari siswa yang belajar bahasa Arab? Apakah semua kaidah-kaidah nahwu mulai yang sederhana sampai yang sulit, perbedaan-perbedaan pendapat para ahli nahwu dan sebagainya dibutuhkan oleh pembelajaran bahasa Arab? Kapan waktu yang cocok untuk memberi materi tersebut kepada pembelajar? Dan bagaimana materi yang sudah dipilih disampaikan kepada pembelajar?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Ahmad Sayyid mengkaji tentang pokok bahasan nahwu yang harus dipelajari oleh pembelajar bahasa pada tingkat ‘idadiyah. Dari hasil penelitiannya dia mengusulkan pokok-pokok bahasannya sebagai berikut:
١. المضارع في جميع أحواله
٢. الفاعل
٣. نائب الفاعل
٤. المبتدأ والخبر
٥. أن واخواتها
٦. كان واخواتها
٧. المفعول به
٨. المفعول فيه
٩. الحال
١٠. الاستثناء
١١. التمييز
١٢. المجرور بالحروف
١٣. المضاف اليه
١٤. حروف الجر
١٥. حروف العطف
١٦. حروف النصب
١٧. حروف الجزم
١٨. اسماء الاستفهام
١٩. الإفراد والتثنبة والجمع
٢٠. الاسماء الخمسة
٢١. النعت
Pertanyaan-pertanyaan di atas harus dijawab terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas sehingga pembelajar akan mempelajari sesuatu yang memang mereka butuhkan dalam hubungannya dengan belajar bahasa Arab.[3]

3.        Tujuan Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Ada beberapa tujuan dan faedah belajar ilmu Qawa‟id, diantaranya sebagai berikut:
a.    Mencegah ucapan dari kesalahan, menjaga tulisan dari kekeliruan,membiasakan berbahasa dengan benar, ini semua adalah tujuan utama dari tujuan pembelajaran ilmu nahwu.
b.    Membiasakan siswa memiliki kekuasaan dalam memperhatikan,cara berfikir yang logis dan teratur, melatih para pejabat dalam mengambil istimbat, hukum dan penjelasan yang logis. Di mana para siswa dapat membiasakan terhadap hal-hal diatas karena mereka telah mengikuti metode isti’raiy dalam pembelajar nahwu.
c.    Membantu memahami perkataan secara benar dengan mengerti maknadengan tepat dan cepat.
d.   Menajamkan akal, mengasah perasaan, menambah perbendaharaan kosakata bagi para siswa.
e.    Agar siswa memperoleh kemampuan memperagakan kaidah-kaidahnahwu di dalam menggunakan kalimat yang berbeda-beda. Maka hasilyang dapat diperoleh dari pembelajaran nahwu adalah siswa semakinmantap dalam mempraktekan kaidah-kaidah nahwu dalam strukturkalimat yang dipergunakan dalam kehidupan serta bermanfaat untukmemahami kesusasteraan.
f.     Kaidah nahwu itu membuat aturan dasar yang detail dalam penulisan cerita, sehingga tidak memungkinkan bergantinya tema terkecuali sudah selesai hikayat tersebut sesuai dengan tata cara yang bersandar pada aturan-aturan dasar yang mengikatnya.

4.        Macam-Macam Metode Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Dalam buku metode dan strategi pembelajaran bahasa Arab ada dua model pembelajaran nahwu yang dikenal dengan metode qiyasiy dan istiqraiy. Metode qiyasiy ini dengan menyajikan kaidah-kaidah dulu kemudian contoh-contoh. Metode ini metode pertama yang digunakan dalam pengajaran nahwu. Adapun metode istiqrai (induktif) adalah kebalikan  metode qiyasiy (deduktif), yakni pengajaran dimulai dengan menampilkan contoh-contoh kemudian disimpulkan menjadi kaidah-kaidah nahwu.
Adapun strategi dan langkah-langkah pembelajaran nahwu sesuai dengan dua metode di atas dalam penerapannya secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Model pertama dengan menggunakan metode qiyasiy[4]:
a.       Guru masuk kelas dan memulai pelajaran dengan menggunakan tema tertentu.
b.      Guru melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan kaidah-kaidah nahwu.
c.       Pelajaran dilanjutkan dengan siswa memahami serta menghafal tentang kaidah-kaidah nahwu.
d.      Kemudian guru mengemukakan contoh-contoh atau teks yang berkaitan dengan kaidah.
e.       Guru memberikan kesimpulan-kesimpulan pelajaran.
f.       Setelah dianggap cukup siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan.

Contoh:
Materi pembelajarannya adalah membuat kalimat sempurna ( الجملة المفيدة ) maka guru memulai dengan menjelaskan dari definisi jumlah mufidah dan diikuti dengan contoh-contoh dan latihan. Jelasnya tergambar dalam pelajaran berikut ini:
الجملة المفيدة
الشرح :
 الجملة هي الكلام المركب المفيد مثل، (قام زيدٌ)، و(العلم كنزٌ)
 والتركيب هو ضمّ كلمة إلى كلمة فأكثر، وهو نوعان:
١. كلامى، وهو الكلام المفيد فائدة تامّة يسمى جملة مفيدة، كالأمثلة السابقة
٢. غير كلامى، وهو ما كان في حكم الكلمة المفردة مثل: (عبد الله)
الجملة المفيدة قد تتركّب من كلمتين، و قد تتركّب من أكثر، و كل كلمة فيها تُعَدُّ جزءا منها.
أمثلة على الجملة المفيدة
١. الأرض واسعة.
٢. القمر بدر.
٣. جلس أحمد
٤. اشترى سامي سيارة.
٥. سافر أبي إلى مصر.
٦. كتب فادي رسالة إلى أخيه
  هناك جُمَل مؤلفة في الظاهر من كلمة واحدة مثل: (جلس)، فهي في الحقيقة ليست بكلمة واحدة بل هي جملة مركبة من كلمتين: الأولى ملفوظة وهي (جلس)، والثانية غير ملفوظة وهي (هو).
تمارين تطبيقية
أولا: بيِّن عدد الكلمات في كل جملة من الجمل التالية:
١. الثوب جميل.
٢. ذهب سمير إلى المدرسة
٣. الأرض خضراء
ثانيا: ضع الكلمة المناسبة في موضع النطق لكي تكون الجملة المفيدة:
١. سمع محمد ........
٢. أكل الولد ........
٣. ........ السماء[5]
Model kedua dengan menggunakan metode istiqraiy:
a.    Guru memulai pelajaran dengan menentukan topik atau tema pelajaran.
b.    Guru menampilkan contoh-contoh kalimat atau teks yang berhubungan dengan tema.
c.    Siswa secara bergantian diminta untuk membaca contoh-contoh atau teks yang ditampilkan oleh guru.
d.   Setelah dianggap cukup, guru mulai menjelaskan kaidah-kaidah nahwu yang terdapat dalam contoh atau teks yang berkaitan dengan tema.
e.    Dari contoh-contoh atau teks, guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan/rangkuman tentang kaidah-kaidah nahwu.
f.     Terakhir siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan.
Contoh: tema pelajarannya tentang macam-macam kata dalam bahasa arab maka model strategi pembelajarannya dimulai dengan mengemukakan contoh-contoh kemudian disimpulkan menjadi sebuah kaidah.
أقسام الكلمة (الاسم والفعل والحرف)
أمثلة :
١. قرأ فريد كتاب التاريخ
٢. في المكتب كتبٌ
٣. إنّ الدين رحمة اللعالمين
الشرح :
في الأمثلة السابقة نجد كلمات تدلّ على الإسم والفعل والحرف. الإسم منه : فريد، كتاب، التاريخ، لمكتب، كتبٌ، الدين، رحمة، اللعالمين. الفعل منه : قرأ. الحرف منه : في، إنّ.
تمارين تطبيقية
أولا: ضع الاسم المناسب في مكان النطق:
١. يطير الطير في ........
٢. جلستُ على ........
٣. قام أحمد أمام ........
ثانيا: أعْطِ ثلاث جمل تبدأ بفعل واسم وحرف

5.        Petunjuk Umum Dalam Pembelajaran Qowa’id Nahwiyah
Menurut metode Herbart ada lima langkah yang sistematis yang bisa di aplikasikan dalam pembelajaran bahasa, yaitu:
a.    Tahap persiapan
Pada langkah persiapan, guru mempersiapkan bahan/materi pelajaran yang akan disajikan secara matang, kemudian mengadakan apersepsi terhadap pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang akan diberikan .
b.    Tahap penyajian bahasa pelajaran
Setelah diadakan apersepsi, langkah berikutnya guru mulai memberikan materi pelajaran, dengan dimulai dari hal-hal yang kongkret kepada yang abstrak, dari yang mudah/sederhana menuju kepada yang sukar/muskil. Sehingga pelajaran dapat diberikan berurutan dan sistematis.[6]
c.    Memperbandingkan
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh tersebut.
Satu demi satu, mana saja yang berbeda dan mana yang ada persamaannya apa jenis katanya dan apa macam i’robnya, dan sebagainya. Dengan demikian guru bersama siswa dapat mengambil kesimpulan bersama dari kaidah tersebut.
d.   Mengambil kesimpulan
Setelah selesai memperbandingkan dan mengetahui sifat-sifat yang ada persamaannya atau perbedaannya dalam misal itu, maka dapatlah guru bersama siswa mengambil kesimpulan kaidah tadi dengan memberikan nama istilahnya. Kemudian guru menuliskan kaidah itu di papan tulis dan menyuruh salah seorang murid membacanya.
e.    Tatbiq
Setelah siswa mengetahui pokok kaidah, haruslah siswa tersebut diberi latihan sesuai dengan kaidah tersebut. Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1)        Guru memperlihatkan beberapa kalimat yang sempurna, lalu para siswa disuruh menerangkan mana yang berhubungan dengan kaidah yang telah dipelajari.
2)        Guru memperlihatkan kalimat-kalimat yang tidak sempurna hanya titik saja, lalu siswa disuruh mengisinya.
3)        Guru memberikan kata-kata, lalu siswa disuruh menyusun kalimat sempurna dari kata-kata itu sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
4)        Guru menyuruh siswa membuat kalimat-kalimat yag sempurna dari kalangan siswa sendiri sesuai dengan kaidah tersebut.
5)        Supaya siswa terangsang hendaklah guru bisa menggabungkan dengan materi lain.

Selain itu, sebelum guru memulai pelajarannya, hendaknya mengikuti langkah-langkah berikut:
1)   Hendaklah menyiapkan beberapa contoh untuk kaidah yang akan diajarkan
2)   Misal-misal (contoh) itu dituliskan di papan tulis dengan tulisan yang terang dan benar.
3)   Suruhlah siswa melihat dan memperhatikan ke papan tulis dan salah seorang diantaranya disuruh membaca misal itu.
4)   Suruh para sisiwa memperhatikan missal itu satu persatu, yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menjadi pokok dan jalan untuk memahami kaidah tersebut.
5)   Setelah selesai bertanya jawab dan memperbandingkan misal-misal itu, maka kemudian guru menyuruh menyimpulkan definisi contoh tersebut.
6)   Guru menuliskan definisi yang disimpulkan oleh siswa.
7)   Berikanlah kata-kata kunci, supaya siswa menyusun kata-kata itu dalam kalimat yang mengandung arti, sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
8)   Perhatikanlah kepada siswa beberapa kalimat dan disuruh mereka mengatakan apa-apa yang berhubungan dengan kaidah tersebut.[7]




















BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
            Salah satu sarana terpenting dalam memahami bahasa Arab adalah qawa’id, yang terdiri dari nahwu dan sharaf. Secara umum pembelajaran qawa’id bertujuan untuk memelihara lisan dari kesalahan dan memelihara tulisan dari kekeliruan serta menciptakan kebiasaan berbahasa yang benar. Agar proses pembelajaran qawa’id ini mencapai tujuan yang diharapkan, seorang guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dalam pembelajaran qawa’id. Selain itu, seorang guru dituntut juga untuk menentukan metode dan teknik yang sesuai dengan tingkatan sehingga pembelajaran berjalan dengan terarah dan jelas dan siswa pun memahami materi yang disampaikan. Seorang guru juga perlu menentukan langkah-langkah pembelajaran yang dijadikan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.


[1] Abdullah Muzakki. Pengantar Studi Nahwu. (Yogyakarta: CV. Idea Sejahtera, 2015). Hlm. 3
[2] Al-Fauzan, A.R. Idhaat li Mu’allim al-Lughah al-‘Arabiyyah li Ghairi al-Natiqhina Biha. Riyadh: al-Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Su’udiyah. (2011).
[3] Bisri Mustofa dan Abdul Hamid. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. (Malang: UIN Maliki Press, 2012). Hlm. 71-74
[4] Bisri Mustofa dan Abdul Hamid. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab...., hlm.
[5] Bisri Mustofa dan Abdul Hamid. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab...., hlm.75-77
[6] Acep Hermawan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011). Hlm. 220
[7] Husni Abdul bari ‘Ashr. Maharat Tadris An-Nahwi Al-‘Araby. (2005). Hlm. 203


Tidak ada komentar:

Posting Komentar