Nama
: Fita Wahyu Rosyidah
NIM : 1403026070
Membangun Pendidikan Karakter Anak (Disiplin) di Tingkat TK
I.
Pendahuluan
Pendidikan karakter adalah menanamkan karakter tertentu sekaligus
memberikan lingkungan kondusif agar peserta didik mampu menumbuhkan karakter
khasnya pada saat menjalani kehidupan. Sedangkan disiplin adalah kepatuhan
untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk
tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain,
disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan
tanpa pamrih. Sifat disiplin perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini.
Karena dengan disiplin anak akan lebih bisa menghargai waktu yang ada. Islam
pun mengajarkan kita tentang kedisiplinan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW
:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ
عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ
الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ
لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ (رواه بخارى)
Artinya : Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda: Jadilah engkau di dunia ini
seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar Radhiallahu
Anhuma berkata: “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi
dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah
waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”. (HR.
Bukhari)
Dan firman
Allah dalam surat Al ‘Ashr
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
(2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Artinya : “Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al
‘Ashr: 1-3)
II.
Teori membangun pendidikan
karakter anak (disiplin)
Dalam
pendidikan Islam, proses yang pertama bisa kita lihat pada kisah Nabi Adam di
mana Allah mengajarkan berbagai nama benda, tabiat dan sifat-sifatnya, dan Nabi
Adam disuruh mengulangi pelajaran tersebut di hadapan para Malaikat. Peristiwa
yag terjadi pada Nabi Adam ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 33. Teori
pengulangan merupakan salah satu teori belajar yang telah dinyatakan dengan
jelas dalam Al-Qur’an dimana Allah menyuruh Nabi adam mengulangi menyebut
nama-nama benda. Hal yang sama juga terjadi ketika Allah memerintahkan Nabi
Muhammad untuk membaca. Secara berulang-ulang Allah menyebut kata “iqra” dan
memerintahkan Nabi Muhammad mengulanginya.
Dari
penegasan Allah seperti disebutkan di atas, menunjukkan bahwa untuk memberikan
pelajaran kepada manusia, Al-Qur’an menggunakan metode trial and error
(coba-coba), peneladanan dan pengulangan. Konsep belajar dalam Islam merupakan
konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Seorang
siswa/siswi yang telah melalui proses belajar, idealnya ditandai oleh munculnya
pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif. Pengalaman-pengalaman yang
bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat,
sikap, dan kecakapan yang konstruktif. Dalam perspektif Islam, kecakapan yang
konstruktif ini bisa dilihat misalnya, individu yang tidak mampu atau belum
bisa melaksanakan wudhu dan shalat. Setelah melalui proses belajar, individu
yang bersangkutan menjadi terampil dan terbiasa melaksanakan wudhu dan shalat.
Dengan demikian, perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah perilaku
individu muslim yang paripurna sebagai cerminan dari pengalaman terhadap
seluruh ajaran islam.
Menurut pandangan
behavioristik bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dapat
diamati, yang terjadi melalui stimulus respons yang disertai dengan penguatan
melalui prinsip-prinsip mekanik. Behaviorism merupakan suatu pandangan teoritis
yang beranggapan, bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa
mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas.
Di antara
kegiatan prinsipal behavioristik ialah setiap anak lahir tanpa warisan
kecerdasan, bakat perasaan, dan lain-lainnya. Semua kecakapan, kecerdasan, dan
perasaan baru timbul setelah manusia melakukan kontrak dengan alam sekitar.
Itulah sebabnya behavioristik berkeyakinan bahwa dalam belajar yang paling
berperan adalah refleks, yaitu reaksi jasmaniah yang dianggap tidak memerlukan kesadaran
mental.
Teori operant
conditioning dari Burrhus Frederic Skinner penganut aliran behaviorisme dengan
teori pembiasaan perilaku respons. Ia melakukan eksperimen di antaranya adalah
tikus putih yang dimasukkan dalam box. Ia membedakan adanya dua respon yaitu:
·
Respondent respont
(reflexive respone), yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.
Perangsang-perangsang yang demikian itu di sebut elicting stimuli, menimbulkan
respon-respon yang secara relatif menetap, misalnya makanan yang menimbulkan
air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon
yang ditimbulkan.
·
Operant Respont
(Instrumental Response), yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti
oleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcing stimuli
atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respons yang telah dilakukan
oleh organisme. Jadi, respons yang demikian itu mengikuti sesuatu tingkah laku
tertentu yang telah dilakukan. Misalnya, seorang anak yang belajar melakukan
perbuatan lalu mendapatkan hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar
(responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Prosedur
pembentukan tingkah laku dlam Operant Conditioning yaitu:
1.
Mengidentifikasi hal-hal yang
merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
2.
Menganalisis dan mengidentifikasi
komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud, kemudian komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pembentukan tingkah laku
yang dimaksud.
3.
Urutan komponen tersebut sebagai
tujuan sementara, dengan mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk
masing-masing komponen itu.
4.
Melakukan pembentukan tingkah
laku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun.
Dari uraian
diatas, pendidikan karakter untuk menjadikan peserta didik TK supaya disiplin
yaitu dapat diaplikasikan dengan teori Operant Conditioning jenis respons kedua
(operant response). Misalnya: sejumlah peserta didik datang terlambat kesekolah
supaya mempunyai kebiasaan tepat waktu maka siswa harus: (1) bangun pagi-pagi
agar tidak terlambat (2) sarapan dan persiapan sekolah (3) berangkat ke sekolah.
Ketika siswa tidak terlambat kita memberikan sebuah hadiah pujian misalnya.
Maka ketika siswa ingin setiap hari dipuji oleh gurunya, siswa akan membiasakan
diri untuk displin. Ini adalah positive reinforcement – penguatan
positif: sikap yang diinginkan tersebut diberi penghargaan.
Daftar Pustaka
Djaali. 2011. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Meggitt, Carolyn. 2013. Memahami
Perkembangan Anak. Jakarta: PT Indeks.
Mukhlishah, dkk. 2009. Psikologi
Belajar. Surabaya: Lapis-PGMI.
Tim Direktorat Pendidikan
Madrasah. 2010. Wawasan Pendidikan Karakter dalam Islam. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Madrasah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar