Kamis, 18 Mei 2017

Paper_Psikoper



Nama : Fita Wahyu Rosyidah
NIM   : 1403026070

Membangun Pendidikan Karakter Anak (Disiplin) di Tingkat TK
I.     Pendahuluan
Pendidikan karakter adalah menanamkan karakter tertentu sekaligus memberikan lingkungan kondusif agar peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalani kehidupan. Sedangkan disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Sifat disiplin perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Karena dengan disiplin anak akan lebih bisa menghargai waktu yang ada. Islam pun mengajarkan kita tentang kedisiplinan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ (رواه بخارى)
Artinya : Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda: Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata: “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”. (HR. Bukhari)
Dan firman Allah dalam surat Al ‘Ashr
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  (3)
Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3)
II.          Teori membangun pendidikan karakter anak (disiplin)
Dalam pendidikan Islam, proses yang pertama bisa kita lihat pada kisah Nabi Adam di mana Allah mengajarkan berbagai nama benda, tabiat dan sifat-sifatnya, dan Nabi Adam disuruh mengulangi pelajaran tersebut di hadapan para Malaikat. Peristiwa yag terjadi pada Nabi Adam ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 33. Teori pengulangan merupakan salah satu teori belajar yang telah dinyatakan dengan jelas dalam Al-Qur’an dimana Allah menyuruh Nabi adam mengulangi menyebut nama-nama benda. Hal yang sama juga terjadi ketika Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca. Secara berulang-ulang Allah menyebut kata “iqra” dan memerintahkan Nabi Muhammad mengulanginya.
Dari penegasan Allah seperti disebutkan di atas, menunjukkan bahwa untuk memberikan pelajaran kepada manusia, Al-Qur’an menggunakan metode trial and error (coba-coba), peneladanan dan pengulangan. Konsep belajar dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Seorang siswa/siswi yang telah melalui proses belajar, idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif. Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif. Dalam perspektif Islam, kecakapan yang konstruktif ini bisa dilihat misalnya, individu yang tidak mampu atau belum bisa melaksanakan wudhu dan shalat. Setelah melalui proses belajar, individu yang bersangkutan menjadi terampil dan terbiasa melaksanakan wudhu dan shalat. Dengan demikian, perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah perilaku individu muslim yang paripurna sebagai cerminan dari pengalaman terhadap seluruh ajaran islam.
Menurut pandangan behavioristik bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati, yang terjadi melalui stimulus respons yang disertai dengan penguatan melalui prinsip-prinsip mekanik. Behaviorism merupakan suatu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas.
Di antara kegiatan prinsipal behavioristik ialah setiap anak lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat perasaan, dan lain-lainnya. Semua kecakapan, kecerdasan, dan perasaan baru timbul setelah manusia melakukan kontrak dengan alam sekitar. Itulah sebabnya behavioristik berkeyakinan bahwa dalam belajar yang paling berperan adalah refleks, yaitu reaksi jasmaniah yang dianggap tidak memerlukan kesadaran mental.
Teori operant conditioning dari Burrhus Frederic Skinner penganut aliran behaviorisme dengan teori pembiasaan perilaku respons. Ia melakukan eksperimen di antaranya adalah tikus putih yang dimasukkan dalam box. Ia membedakan adanya dua respon yaitu:
·      Respondent respont (reflexive respone), yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu di sebut elicting stimuli, menimbulkan respon-respon yang secara relatif menetap, misalnya makanan yang menimbulkan air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkan.
·      Operant Respont (Instrumental Response), yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, respons yang demikian itu mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Misalnya, seorang anak yang belajar melakukan perbuatan lalu mendapatkan hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Prosedur pembentukan tingkah laku dlam Operant Conditioning yaitu:
1.    Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
2.    Menganalisis dan mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud, kemudian komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pembentukan tingkah laku yang dimaksud.
3.    Urutan komponen tersebut sebagai tujuan sementara, dengan mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.
4.    Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun.
Dari uraian diatas, pendidikan karakter untuk menjadikan peserta didik TK supaya disiplin yaitu dapat diaplikasikan dengan teori Operant Conditioning jenis respons kedua (operant response). Misalnya: sejumlah peserta didik datang terlambat kesekolah supaya mempunyai kebiasaan tepat waktu maka siswa harus: (1) bangun pagi-pagi agar tidak terlambat (2) sarapan dan persiapan sekolah (3) berangkat ke sekolah. Ketika siswa tidak terlambat kita memberikan sebuah hadiah pujian misalnya. Maka ketika siswa ingin setiap hari dipuji oleh gurunya, siswa akan membiasakan diri untuk displin. Ini adalah positive reinforcement – penguatan positif: sikap yang diinginkan tersebut diberi penghargaan.

Daftar Pustaka
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Meggitt, Carolyn. 2013. Memahami Perkembangan Anak. Jakarta: PT Indeks.
Mukhlishah, dkk. 2009. Psikologi Belajar. Surabaya: Lapis-PGMI.
Tim Direktorat Pendidikan Madrasah. 2010. Wawasan Pendidikan Karakter dalam Islam. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar