Senin, 06 Maret 2017

PSI_BEBERAPA MODEL PENELITIAN AJARAN ISLAM



BEBERAPA MODEL PENELITIAN AJARAN ISLAM
(FILSAFAT ISLAM, TASAWUF, POLITIK ISLAM, PENDIDIKAN ISLAM, SEJARAH ISLAM)
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu : Nur Khoiri, H. M.Ag
Disusun Oleh :
1.      Fita Wahyu Rosyidah (1403026070)
2.      Utari Dwi Setiyaningsigh (1403076020)
3.      Miratus Solihah (14030760)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan makalah ini meliputi :
1.    Apa yang dimaksud dengan Filsafat Islam, Tasawuf, Politik Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam ?
2.    Apa saja model-model penelitian Filsafat Islam, Tasawuf, Politik Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam yang dilakukan para peneliti pada masa lalu ?
C.    TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH
1.      Untuk mengetahui pengertian tentang Filsafat Islam, Tasawuf, Politik Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam
2.      Untuk mengetahui model-model penelitian Filsafat Islam, Tasawuf, Politik Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam yang dilakukan para peneliti pada masa lalu
D.    SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari berbagai bagian, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Bagian awal makalah (cover)
2.      Bagian terpenting dalam pembuatan makalah merupakan bagian yang paling pokok dalam makalah ini, yang terdiri dari empat bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan. Berisikan sub bab meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat makalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori. Mengkaji kembali teori-teori yang melandasi pembuatan makalah yang didapat dari sumber yang bersangkutan.
Bab III Pembahasan. Menguraikan tentang beberapa model-model penelitian Islam
Bab IV Penutupan. Menyimpulkan masalah dalam pembahsan makalah, serta saran dalan pembuatan makalah.
3.      Bagian terakhir makalah berisikan daftar pustaka yang dijadikan referensi dalam pembuatan makalah.
                                                                          




















BAB II
PENDAHULUAN
A.    LANDASAN TEORI
Melalui studi tasawuf seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya secara benar. Kembalinya masyarakat saat ini kepada tasawuf adalah cukup beralasan, karena secara historis, kehadiran tasawuf bermula sebagai upaya untuk mengatasi krisis akhlak yang terjadi di masyarakat di masa lalu, yaitu saat ummat islam di abad klasik (650-1250 M) bergelimang dengan harta dan kemewahan sudah mulai terjerumus ke dalam kehidupan foya-foya, berbuat dosa, dan akhirnya ia lupa pada tugasnya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Menyadari bahaya tersebut selanjutnya ummat islam harus introspeksi diri dengan membangun etos kerja yang dipandu oleh akhlak yang mulia yang dibangun melalui tasawuf. Namun keadaan ini terjadi secara tidak seimbang. Kaum muslimin nampak lebih menangkap aspek ritualisasi lahiriahnya dari tasawuf tersebut, asyik dalam zikir dan wirid, tanpa memberi pengaruh ke dalam gerakan sosial kemasyarakatan.
Namun belakangan muncul upaya reinterpretasi kembali terhadap istilah-istilah tasawuf untuk dipahami, dihayati dan diamalkan dimensi spiritualitas dan dinamikanya sehingga ia menjadi motor penggerak terjadinya perubahan sosial yang mengarah pada terwujudnya keagungan tuhan.
Politik termasuk salah satu bidang studi yang menarik perhatian masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang tertib, aman, damai, sejahtera lahir dan batin dan seterusnya tidak dapat dilepaskan dari sistem politik yang diterapkan. Karena demikian pentingnya masalah politik ini, maka telah banyak studi dan kajian yang dilakukan para ahli terhadapnya. Ibn Khaldun berpendapat bahwa agama memperkokoh kekuatan yang telah dipupuk oleh negara dari solidaritas dan jumlah penduduk. Sebabnya adalah karena semangat agama bisa meredakan pertentangan dan iri hati yang dirasakan oleh satu anggota dari golongan itu terhadap anggota lainnya, dan menuntun mereka kearah kebenaran.

B.      
BAB III
PEMBAHASAN
A.    MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
Sebagian orang menganggap bahwa filsafat melemahkan keimanan seseorang karena cara berfikirnya yang mendalam. Akan tetapi dengan adanya ilmu ini kita dapat mempelajari studi-studi islam secara mendalam dengan selalu berfikir positif pada setiap langkah kita di roda kehidupan ini.
1.           Pengertian Filsafat Islam
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “Philo” yang berarti cinta dan “Shopos” yang berarti ilmu/hikmah. Seorang filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, yaitu Al Farabi (wafat 950 M) menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.[1]
Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab aslama-yuslimu-islaman yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat dan sentosa. Kata tersebut berasal dari salima yang berarti selamat, sentosa, aman dan damai.  Kata Islam kemudian menjadi nama sebuah agama yang bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad melalui malaikat Jibril, Al Qur’an, serta Al Hadis.
2.        Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Islam.
Dalam sejarah dunia Filsafat, Yunani merupakan tonggak awal munculnya filsafat. Pemikiran filosuf masuk ke dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli-ahli fikir islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Filsafat Yunani masuk ke daerah tersebut karena adanya ekspansi Alexander pada abad ke-4 sebelum Masehi, dalam bahasa Arab disebut Iskandar Zulkarnain. Alexander menaklukan negeri tersebut dengan membuat kebijakan politik untuk menyatakan kebudayaan Yunani dan kebudayaan Persia. Pengaruh dari kebijakan tersebut lahirlah pusat-pusat kebudayaan Yunani di timur, seperti Alexanderia di Mesir, Jundisyapur di Mesopotamia dan Bacha di Persia.
Pengaruh kebudayaan Yunani terhadap dunia Islam terlihat jelas pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Karena yang menduduki di pemeritah pusat juga berasal dari orang-orang Persia yang berkecimpung dengan budaya Yunani. Pada mulanya, para khalifah Bani Abbasiyah hanya tertarik pada ilmu kedokeran Yunani dengan cara-cara pengobatannya. Kemudian mereka juga tertarik dengan ilmu pengetahuan lain termasuk filsafat.
Filsafat Islam berkembang melalui beberapa fase, yaitu Fase Pertama adalah fase penerjemahan bagian yang menarik dari filsafat yunani ke dalam Bahasa Arab. Fase kedua adalah penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam Bahasa Arab yang berkembang pesat pada masa Khalifah Al-Makmun (813-833 M). Perkembangan tersebut ditandai dengan berdirinya lembaga penerjemahan yang bernama Baitul Hikmat yamg dikepalai oleh Hunain Ibnu Ishaq. Pada Fase ketiga muncul filosof-filosof besar seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibn Maskawih, ibn Bajjah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd.
Namun, bila dilihat dari sejarah peradaban umat Islam, munculnya pemikiran filsafat dalam dunia Islam merupakan gejala perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam sejak timbulnya agama Islam. Agama memberikan jawaban mengenai beberapa persoalan metafisika, Tuhan, jiwa dan manusia. Kemudian pengetahuan tentang hal itu dikembangkan dengan memadukan kebenaran wahyu dan akal. Hal tersebut yang memunculkan para filosuf Arab yang telah disebutkan diatas.
1.         Unsur-Unsur Metodologi Penelitian Filsafat
Metodologi penelitian filsafat memiliki beberapa unsur, antara lain:
a)    Interpretasi, yaitu membuat tafsiran  yang bertumpuk pada obyek untuk mencapai kebenaran otentik.
b)   Induksi dan deduksi. Induksi adalah proses penalaran dari khusus ke umum. Deduksi adalah proses penalaran dari umum ke khusus.
c)    Koherensi intern, yaitu usaha memahami dengan benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur.
d)   Holistik, yaitu pandangan menyeluruh dan mendalam untuk mencapai kebenaran. Obyek dilihat dari interaksi dengan lngkungannya, sehingga diketahui identitasnya.
e)    Kesinambungan historis, yaitu pengalaman dan pemikiran manusia berkembang bersama lingkungan zamannya.
f)    Idealisasi, yaitu berusaha memahami kenyataan secara mendalam untuk memperoleh hasil yang ideal/sempurna.
g)   Komparasi, yaitu membandingkan kesamaan dan perbedaan dalam obyek penelitian sehingga obyek dapat dipahami lebih jelas.
h)   Heuristika, yaitu menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan masalah.
i)     Analogikal, yaitu meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.
j)     Deskripsi, yaitu hasil penelitian harus dapat dibahasakan agar mudah dipahami, ada satu kestuan mutlak antara bahasa dan pikiran seperti antara jiwa dan raga.
2.         Model-Model Penelitian Filsafat Islam Berdasar Tokohnya
1)    Model M. Amin Abdullah
Dalam hasil penelitian untuk disertasinya yang ia tuangkan dalam bukunya The Ideal of Universality Ethical Norm In Ghazali and Kant, ia mengambil metode penelitian kepustakaan yang bercorak deskriptif. Dari segi pendekatan yang digunakan, Amin Abdullah mengambil pendekatan studi tokoh dengan cara melakukan studi komparasi antara pemikiran kedua tokoh tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul Falsafah Islam di Era Postmodernisme, Amin Abdullah menuliskan bahwa untuk melihat prospek pemikiran Islam di masa mendatang, dalam hubungannya dengan proses belajar-mengajar di fakultas tarbiyah, diperlukan telaah kritis-historis terhadap warisan khazanah intelektual Muslim untuk mencari benang merah serta titik singgung hubungan antara normativitas wahyu dan historisitas kekhalifahan.
Penelitian yang polanya mirip dengan Amin Abdullah dilakukan pula oleh Sheila McDonough dalam karyanya berjudul Muslim Ethics And Modernity: A Comparative Study of The Ethical Thought of Sayyid Ahmad Khan and Mawlana Mawdudi.
2)    Model Otto Horrassuwitz, Majid Fakhry dan Harun Nasution.
Dalam bukunya yang berjudul History of Muslim Philosophy, Horrassuwitz mengemukakan berbagai pemikiran filosofis, riwayat hidup, serta karya tulis dari beberapa tokoh filsafat seperti Al Kindi, Al-Razi, Al Farabi, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Ibn Bajah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd, dan Nasir Al-Din Al-Tusi.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa penelitiannya termasuk penelitian kualitatif. Sumbernya kajian pustaka. Metodenya deskriptif analitis, sedangkan pendekatannya historis dan tokoh. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Majid Fakhry dalam bukunya yang berjudul A History of Islamic Philosophy. Penelitiannya selain menggunakan pendekatan historis juga menggunakan pendekatan kawasan, bahkan substansi.
Harun Nasution juga menggunakan pendekatan tokoh dan pendekatan historis. Bentuk penelitiannya deskriptif dengan menggunakan bahan-bahan bacaan. Penelitiannya bersifat kualitatif.
3)    Model Ahmad Fuad Al-Ahwani
Ahmad Fuad Al-Ahwani adalah seorang pemikir modern dari Mesir. Dalam bukunya yang berjudul Filsafat Islam, ia menyajikan sekitar problem filsafat Islam, tentang zaman penerjemahan, dan filsafat yang berkembang di Masyriqi dan Maghribi berikut karya, jasa, dan pemikiran tokoh-tokohnya. Metode penelitian yang ditempuh adalah penelitian kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersift campuran, yakni pendekatan historis, pendekatan kawasan dan tokoh.
3.         Model Penelitian Filsafat Berdasarkan Caranya
Macam-macam penelitian filsafat, antara lain:
a.    Penelitian historis faktual.
1)         Model penelitian historis faktual mengenai tokoh.
Obyek penelitian materialnya adalah pemikiran seorang filsuf dalam suatu karyanya atau hanya satu topik dalam karya tersebut, atau pemikiran kelompok filsuf(mahzab) pada satu periode atau zaman. Yang diteliti adalah pandangan filsuf mengenai Tuhan, manusia, alam, dll.
2)         Model penelitian historis factual mengenai naskah buku.
Obyek penelitian materialnya adalah salah satu naskah atau buku filsafat klasik atau modern dalam perkembangan pemikiran seorang filsuf pada zamannya.
3)         Model penelitian historis faktual mengenai teks naskah.
Obyek penelitian materialnya adalah salah satu naskah atau buku filsafat klasik yang dipandang menurut teks harfiah. Teks yng diteliti adalah teks yang dipandang sedekat mungkin dengan penulis asli.
Pada ketiga model penelitian tersebut langkah awal dilakukan pengumpulan kepustakaan mengenai topik yang bersangkutan. Bahan dapat dicri pada buku umum(misal: sejarah filsafat) serta buku tematis (misal: filsafat manusia). Penelitian dilakukan dengan mengikuti alur pemikiran tokoh(filsuf) dari buku yang digunakan melalui unsur-unsur metode berpikir secara umum.
b.    Penelitian Konsep Sepanjang Sejarah.
Obyek penelitian materialnya adalah ide atau konsep yang muncul kembali dalam filsafat di sepanjang zaman, misalnya kebebasan. Konsep tersebut diambil seberapa jauh dapat dihubungkan dengan hakikat manusia dan pemikiran menyeluruh yang berkenaan dengan ontology, aksiologi, dll. Dimulai dengan pengumpulan kepustakaan, selanjutnya diteliti dengan metode secara umum.
c.    Penelitian Komparasi.
Membandingkan dua atau lebih pandangan filsuf, mengenai pandan satu aliran, maslah satu bidang(missal: etika) maupun pertentangn diantara keduanya dalam upaya mencari jalan keluar. Penelitian ini khususnya meneliti persamaan dan perbedaan.
d.   Penelitian Lapangan.
Penelitian dilakukan di suatu kelompok atau daerah, suku, bangsa maupun negara. Diselidiki tentang pandangan dasar yang melatarbelakangi suatu fenomena penting, misalnya struktur sosial, kebiasaan upacara, dll. Peneliti mengumpulkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh para sosiolog-antropolog. Hasil penelitian tersebut sebagai bahan mentah bagi peneliti untuk mengadakan refleksi sesuai dengan keahliannya dengan menggunakan unsur-unsur metois secara umum.
e.    Penelitian Sistematis Reflektif.
Membahas salah satu pokok masalah dalam kehidupan manusia yang cukup sentral, seperti hubungan agama. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan refleksi pribadi mengenai hakikat kenyataan seperti yang dialami pribadi. Metode yang digunakan bukan metode yang digunakan secara umum dan masing-masing metode dikembangkan sendiri oleh seorang tokoh, seperti metode kritis(menurut Socrates dan Plato). Namun, tetap menggunakan metode berpikir secara umum dan penerapannya disesuaikan dengan Penelitian Sistematis Reflektif.

3.         MODEL PENELITIAN TASAWUF ISLAM
1.      Pengertian tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Dari segi kebahasaan (linguistik), Harun nasution mengemukakan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf yaitu :
1.    Al-suffah (abl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah
2.    Saf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjama’ah
3.    Sufi yaitu bersih dan suci
4.    Sopbos (bahasa Yunani:hikmah)
5.    Suf yang berarti kain wol kasar
Dengan demikian tasawuf menggambarkan sebuah keadaan yang berorientasi kepada kesucian, kesederhanaan, dan kedekatan dengan Tuhan.
Adapun pengertian tasawuf menurut istilah yaitu upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, dan selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia. Tasawuf secara hakiki memasuki fungsinya dalam mengingatkan kembali manusia siapa ia sebenarnya, yang berarti manusia dibangunkan dari mimpinya yang ia sebut kehidupannya sehari-hari dan bahwa jiwanya bebas dari pembatasan-pembatasan penjara khayali egonya itu yang memiliki timbangan obyektif di dalam apa yang disebut kehidupan dunia menurut bahasa keagamaan.[2]


2.      Model-Model Penelitian Tasawuf
Sejalan dengan fungsi dan peran tasawuf, maka di kalangan para ahli telah timbul upaya melakukan penelitian tasawuf. Berbagai bentuk dan model penelitian tasawuf secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.    Model Sayyed Husein Nasr
Sayyed Husein Nasr selama ini dikenal sebagai limuan muslim keenam di abad modern yang amat produktif dalam melahirkan berbagai karya ilmiah. Hasil penelitiannya dalam bidang tasawuf ia sajikan dalam bukunya yang berjudul  “Tasawuf Dulu dan Sekarang” yang diterjemahkan oleh Abdul Hadi WM. Di dalam buku tersebut disajikan hasil penelitiannya di bidang tasawuf  dengan menggunakan pendekatan tematik, yaitu pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu. Di antaranya uraian tentang fungsi tasawuf, yaitu tasawuf dan pengutuhan manusia. Di dalamnya dinyatakan bahwa tasawuf merupakan sarana untuk menjalin hubunganan yang intens dengan Tuhan dalam upaya mencapai keutuhan manusia. Selanjutnya dikemukakan pula tentang tingkatan-tingkatan kerohanian dalam tasawuf, manusia di alam kelanggengan di tengah perubahan yang nampak. Setelah itu dikemukakan pula perkembangan tasawuf yang terjadi pada abad ketujuh dan mazhan Ibn Arabi, serta islam dan pertemuan agama-agama. Selanjutnya dikemukakan tentang problema lingkungan dalam cahaya tasawuf, penaklukan alam dan ajaran islam tentang pengetahuan timur.
Dari uraian di atas terlihat bahwa model penelitian tasawuf yang diajukan Husein Nasr adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang berdasarkan pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah.
2.    Model Mustafa Zahri
        Mustafa Zahri memusatkan perhatiannya terhadap tasawuf dengan menulis buku berjudul “Kunci Memahami Ilmu Tasawuf”, penelitian yang dilakukannya bersifat eksploratif yakni menggali ajaran tasawuf dari berbagai literatur ilmu tasawuf. Di dalam buku tersebut disajikan tentang kerohanian yang di dalamnya dimuat tentang contoh kehidupan Nabi Muhammad SAW, kunci mengenal Tuhan, sendi kekuatan batin, fungsi kerohanian dalam menentramkan batin, tarekat dari segi arti dan tujuannya. Selanjutnya dikemukakan tentang membuka tabir (hijab) yang membatasi diri dengan Tuhan, zikrullah, istighfar dan bertaubat, doa, waliyullah, keramat, mengenal diri sebagai cara untuk mengenal Tuhan, makna lailaha illa allah, hakikat pengertian tasawuf, catatan sejarah perkembangan tasawuf dan ajaran tentang ma’rifat.[3]
        Dengan demikian penelitian tersebut semata-mata bersifat eksploratif yang menekankan pada ajaran yang terdapat dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu serta dengan mencari sandaran pada al-Qur’an dan al-Hadist.
3.    Model Kautsar Azhari Noor
Kautsar Ashari Noor menulis penelitiannya di bidang tasawuf dengan judul “Ibn Arabi: Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan”. Penelitian yang ditempuh Kautsar adalah studi tentang tokoh dengan pahamnya yang khas, yang dalam hal Ibn Arabi dengan pahamnya Wahdat al-Wujud. Penelitian ini cukup menarik, karena dilihat dari segi paham yang dibawakannya, yaitu Wahdat al-Wujud telah menimbulkan kontroversi di kalangan para ulama, karena paham tersebut dinilai membawa paham reinkarnasi, atau paham serba Tuhan, yakni Tuhan menjelma dalam berbagai ciptaannya, sehingga dapat mengganggu keberadaan zat Tuhan. Inilah yang menimbulkan perdebatan yang menghebohkan, karena dapat membawa paham seolah-olah Tuhan ada di mana-mana, menyatu dengan benda-benda alam, padahal yang sesungguhnya bukanlah demikian. Dengan demikian mereka yang mengira Ibn Arabi membawa paham banyak Tuhan, tidaklah tepat. Tuhan dalam arti zat-Nya tetap satu, namun sifat-Nya banyak. Sifat Tuhan yang banyak itu pun dalam arti kualitas atau mutunya berbeda dengan sifat yang dimiliki manusia.
4.    Model Harun Nasution
Hasil penelitiannya dalam bidang tasawuf ia tuangkan dalam bukunya berjudul “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”, dalam penelitiannya ia mengambil pendekatan tematik, yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan dalam tema jalan untuk dekat pada Tuhan, zuhud dan station-station lain, al-mahabbah, al-ma’rifah, al-fana, dan al-baqa, al-ittihad, al-hulul dan wahdat al-wujud.[4] Penelitian tersebut bersifat deskriptif eksploratif, yakni menggambarkan ajaran sebagaimana adanya dengan mengemukakannya sedemikian rupa, walaupun hanya garis besarnya saja. Dengan penelitian seperti ini peneliti mengemukakan apa adanya dengan sedikit melakukan perbandingan antara satu ajaran dengan ajaran tasawuf lainnya, namun hal ini bukan ditujukan untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari ajaran-ajaran tersebut, tetapi sekedar memperjelas ajaran tersebut.
5.    Model A.J.Arberry
Arberry salah seorang peneliti Barat kenamaan banyak melakukan studi keislaman termasuk penelitian dalam bidang tasawuf. Dalam bukunya berjudul “Pasang Surut Aliran Tasawuf” Arberry mencoba menggunakan pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh. Dengan pendekatan demikian ia coba kemukakan tentang firman Tuhan, kehidupan nabi, para zahid para sufi, para ahi teori tasawuf, struktur teori dan amalan tasawuf, tarikat sufi, teosofi dalam aliran tasawuf serta runtuhnya aliran tasawuf.[5]
4.         MODEL PENELITIAN POLITIK ISLAM
1.    Pengertian Politik
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan W.J.S Poerwadarminta politik diartikan sebagai pegetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tata cara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya.
Selanjutnya sebagai suatu sistem, politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan negara; siapa pelaksana kekuasaan tersebut; apa dasar dan bagaimana cara untuk menentukan serta kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan; kepada siapa pekaksanaan kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung jawabnya.[6]
2.    Model-Model Penelitian Politik
Menurut Alfian, permasalahan politik dapat dikaji melalui berbagai macam pendekatan. Ia dapat dipelajari dari sudut kekuasaan,, struktur politik, partisipasi politik, konstitusi, pendekatan dan sosialisasi politik, pemikiran politik, dan juga kebudayaan politik.[7]
a.          Model M. Syafi’i Ma’arif
Salah satu hasil penelitian bidang politik yang dilakukan Syafi’i Ma’arif tertuang dalam bukunya berjudul “Islam dan Masalah Kenegaraan”. Pada bagian pendahuluan laporan hasil penelitiannya itu, Syafi’i Ma’arif mengemukakan substansi ajaran al-Qur’an mengenai ketatanegaraan. Dalam kaitan ini ia mengatakan jika perkembangan sosial keagamaan berlanjut menurut arah ini, maka usaha intelektual yang sungguh-sungguh dalam menjelaskan dan mensistematisasikan berbagai aspek ajaran islam mutlak perlu digalakkan agar umat islam punya kemampuan menghadapi dan memecahkan masalah-masalah modern yang sedang dihadapi oleh bangsa indonesia.
Dengan mengikuti pandangan ini, menurutnya, studi al-Qur’an secara mendalam dan sistematik menjadi sangat mutlak diperlukan. Tanpa kerja stratrgis ini, bangunan sosio politik islam akan tetap goyang, dan tanpa formulasi yang jelas tetang pandangan dunia menurut al-Qur’an, barangkali sedikit faedahnya bagi orang yang membicarakan rekonstruksi sosial umat islam.
Syafi’i Ma’arif mengatakan alasan lain bagi studi islam ini ialah bahwa suatu analisa yang mendalam tentang tema pokok dan topik-topik lain akan melahirkan tiga hipotesis yang berkaitan secara organik yang perlu dilacak lebih lanjut. Tiga hipotesis berikut adalah sebagai berikut:
a.         Islam Indonesia merupakan suatu agama yang hidup dinamis, ia bergerak perlahan-lahan tapi nampaknya pasti dari posisi kuantitas ke posisi kualitas.
b.        Usaha-usaha untuk mengubah Indonesia menjadi suatu negara islam, sekalipun sah menurut UUD pada tahun 1950-an.
c.         Prospek islam di Indonesia nampaknya banyak tergantung pada kemampuan intelektual muslim.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa model penelitian politik yang dilakukan Syafi’i Ma’arif bercorak deskriptif analitis. Pendekatan dan analisis yang digunakannya bersifat normative historis. Sedangkan data-data yang digunakannya bersumber pada kajian kepustakaan.

b.          Model Harry J. Benda
Penelitian di bidang politik dengan menggunakan pendekatan historis normatif dilakukan pula oleh Harry J. Benda, sebagaimana telihat dalam bukunya berjudul “Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae. Penelitian tersebut berusaha mencari informasi dari sumber-sumber sesudah perang, dalam usaha untuk menguji dan memperbaiki gambaran yang telah muncul dari studi catatan-catatan masa pendudukan. Menurutnya, berbeda dengan periode kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang di Indonesia pada umumnya, dan perkembangan Islam selama tahun-tahun tersebut khususnya, sejauh ini sangat tidak mendapatkan perhatian dari kalangan penulis-penulis Indonesia lainnya.
Di dalam buku tersebut, aspek politik islam Indonesia merupakan pokok utama dalam buku tersebut, generalisasi tidak dapat dihindarkan. Pembahasan seperti ini terpaksa tidak memperdulikan adanya perbedaan regional yang meliputi islam bahkan dalam konteks terbatas di Pulau Jawa, dimana cabang-cabang politiknya, teristimewa di Karesidenan Banten di Jawa Barat, dinilai harus mendapatkan perhatian tersendiri. Di antara kesimpulan dari penelitian tersebut adalah meskipun islam di daerah lain tak dapat disangkal telah memainkan peranan utama di dalam perkembangan politik Indonesia, di Jawa menurut Benda telah mendapatkan perwujudan organisatoris paling penting. Di sanalah kelompok-kelompok islam paling langsung terlibat dalam membentuk politik Indonesia pada umumnya.[8]
Dari uraian di atas, terlihat bahwa model penelitian yang dilakukan Harry J. Benda mengambil bentuk penelitian kepustakaan dengan corak penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan analisis sosio historis, sebagaimana penelitian yang dilakukan Syafi’i Ma’arif trsebut di atas.
5.      MODEL PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
1.      Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan perbuatan mendidik, dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan , batin dan sebagainya.[9]
Dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan.[10]
Adapun pengertian pendidikan dari segi istilah dinyatakan dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.2 Th. 1989) bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan perannya di masa yang akan datang.
Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara , mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan  pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak yang antara satu dan lainya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.[11]
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal.
Adapun pengertian Islam berasal dari bahasa Arab aslama, yuslimu islaman yang berarti berserah diri, patuh, dan tunduk. Kata aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima, yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian, secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk , berserah diri (kepada Alloh) untuk mencapai keselamatan.
Dari pengertian di atas Pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan  membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[12]

2.      Aspek-aspek Pendidikan Islam
Pendidikan Islam memiliki berbagai aspek yang tercakup didalamnya. Aspek tersebut dapat dilihat dari segi cakupan  materi didiknya, filsaftnya, sejarahnya, kelembagaanya, sistemnya, dan dari segi kedudukanya sebagai sebuah ilmu. Dari segi aspek materi didiknya, pendidikan Islam sekkurang-kurangnya mencakup pendidikan fisik, akal,agama, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan, dan sosial kemasyarakatan.
Dilihat dari segi sejarah atau periodenya, pendidikan Islam mencakup :
1.    Periode pembinaan Islam yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad Saw. Masa ini berlangsung sejak  Nabi Muhammad Saw menerima wagyu dan menerima pangkatnya sebagai rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam menjadi warisan budaya umat Islam.
2.    Periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad wafat sampao masa akhir Bani Umayyah. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan itu pendidikan Islam  memppunyai dua sasaran yaitu generasi muda sebagai generasi penerus dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran Islam dan sebagai dakwah Islami.
3.    Periode kejayaan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu akliah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
4.    Periode kemunduran pendidikan islam sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ketangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan islam danberpindahnya pusatpusat pengembangan kebudayaan ke duni barat.
5.    Perode pembaharuan pendidikan islam sejak penduduk Mesir oleh Napoleon sampai masakini, yang ditandai oleh gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan islam.[13]
Selanjutnya dilihat dari segi kelembagaanya pendidikan Islam mengenal adanya pendidikan Islam mengenal adanya pendidikan yang dilaksanakan di rumah, pesantren, mesjid dan madrasah.
Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya mengandung aspek tujuan, kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana prasarana, lingkungan, administrasi dan sebagainya yang antara satu dengan lainya saling berkaitan membentuk suatu sistem yang terpadu. 
3.    Model Penelitian Pendidikan Islam
Dilihat dari segi objek kajiannya Ilmu Pendidikan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Pertama, ada pengetahuan ilmu, yaitu pengetahuantentang hal-hal atau objek-objek yang empiris,diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah, dan teori-teorinya bersifat logis dan empiris.
Kedua, pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan objek-objek yang abstrak logis, diperoleh dengan berpikir, dan teori-teorinya bersifat logis dan hanya logis (tidak empiris).
Ketiga, pengetahuan mistik, yaitu pengetahuanyang objek-objeknya tidak bersifat empiris, dan tidak pula terjangkau oleh logika. Objekpengetahuan ini bersifat abstrak, supra logis.[14]
 Untuk lebih jelas mengenai model penelitian pendidikan islam yaitu dengan beberapa contoh sebagai berikut :
1.      Model Penelitian tentang Problema Guru
Dalam usaha memecahkan problema guru, Himpunan Pendidikan Nasional (National Education Association) di Amerika Serikat pernah mengadakan penelitian tentang problema yang dihadapi guru secara nasional pada tahun 1968.
Produser yang dilakukan dalam penelitian tersebut dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh Bagian Himpunan Pendidikan Nasional Penelitian (National education Association) melalui survey pendapat umum guru (opinion survey for teacher) pada musim semi pada tahun 1968 di kalangan guru-guru sekolah negeri yang dijadikan sampel secara nasional.
Dengan demikian penelitian tersebut dari segi metodenya termasuk penelitian survei, yaitu penelitian yang sepenuhnya didasarkan pada data yang dijumpai di lapangan, tanpa didahului oleh kerangka teori, asumsi atau hipotesis
2.      Model Penelitian tentang Lembaga Pendidikan Islam
Salah satu penelitian yang berkenaan dengan pendidikan islam yang berkenaan dengan lembaga pendidikan islam adalah penelitian yang dilakukan oleh Karel A. steenbrink dalam bukunya yang berjudul Pesantren, Madrasah dan Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern yang diterbitkan oleh LP3ES, Jakarta, tahun 1986.
Metode penelitian yang dilakukannya adalah pengamatan (observasi). Sedangkan objek pengamatannya adalah sejumlah pesantren yang berada di Jawa dan Sumatra.
3.      Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam
Penelitian yang mengambil objek kultur pendidikan Islam khususnya yang ada di pesantren, antara lain yang dilakukan oleh Mastuhu dan Zamakhsyari Dhofir. Untuk mengenal model penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.Model Penelitian Mastuhu
Penelitian yang bertemakan kultur pendidikan islam yang ada dipesantren dilakukan Mastuhu pada saat menulis disertai untuk program doktor. Penelitian dimaksud berjudul Dinamika Sistem Pendidikan pesantren yang diterbitkan oleh Indonesian Netherlands Coopration in Islamic Studies (INS) pada tahun 1994.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan grounded research  yang mendasarkan analisisnya pada data dan fskta yang ditemui di lapangan, bukan melalui ide-ide yang ditetapkan sebelumnya
b. Model penelitian Zamakhsyari Dhofier
Model penelitian yang dilakukan oleh Zamakhsyari Dhofier masih disekitar pesantren. Penelitian yang dilakukannya berjudul Tradisi Pesantren tentang Pandangan hidup Kiyai, dan telah diterbitkan oleh LP3ES pada tahun 1982.
Model penelitian ini tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode survei, pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Pembahasanya bersifat deskriptif sedangkan analisisnya menggunakan pendekatan sosiologis.
6.      MODEL PENELITIAN SEJARAH ISLAM
1.      Pengertian sejarah islam
Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.[15]
Sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.[16]
2.      Model Penelitian Sejarah Islam
Terdapat berbagai model penelitian sejarah yang dilakukan para ahli, diantaranya ada yang melakukan studi sejarah dari segi tokoh atau pelakunya, peristiwanya, produk-produk budaya dan ilmu pengetahuanya, wilayah tertentu, latar belakang terjadinya berbagai peristiwa tersebut, segi periodesasinya, dan sebagainya.
Berbagai Model penelitian sejarah tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut :
1.      Model penelitian Sejarah Kawasan
Penelitian sejarah dapat dilakukan dengan mellihat kawasan dimana peristiwa itu terjadi. John L. Esposito, misalnya mengedit buku berjudul islam in Asia, Religion, politics and Society. Di dalam buku tersebut dikemukakan perkembangan Islam di Asia pada umumnya. Buku tersebut bukan termasuk kedalam hasil penelitian yang khas melainkan lebih merupakan kumpulan esai dengan menggunakan sumber-sumber sekunder.
Model penelitian sejarah yang mengambil pendekatan kawasan juga dilakukan oleh Arthur Goldschmidt, jr, dalam bukunya yang berjudul A Concise History of The Middle East. Melalui bukunya Arthur telah mendeskripsikan secara komprehensif berbagai peristiwa yang terjadi di Timur Tengah sepanjang berkaitan dengan Islam, mulai sejak kedatangan Islam di daerah tersebut sampai dengan perkembangan yang terakhir. [17]







BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1.      Filsafat Islam adalah suatu ilmu yang mencakup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.
  1. Ada beberapa Model penelitian filsafat Islam antara lain
A.     Model M. Amin Abdulla:Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif berdasarkan sumber kepustakaan  yang bercorak deskriptif analitis dan menggunakan pendekatan studi tokoh dan komparatif studi khususnya di bidang etika.
B.     Model Otto Horrassowitz , Majid Fakhry dan Harun Nasution:Penelitian yang dilakukan ketiganya termasuk penelitian kualitatif dan metodenya adalah deskriptis analitis. Akan tetapi pendekatan yang digunakan Otto H dan Harun Nasution adalah pendekatan historis dan tokoh sedangkan Majid Fakhry menggunakan pendekatan campuran antara historis, kawasan, dan pendekatan substansi.
C.      Model Ahmad fuad Al-Ahwani:Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif berdasarkan sumber kepustakaan yang sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif dan pendekatannya bersifat campuran antara pendekatan historis, kawasan dan tokoh.
Berbagai hasil penelitian yang dilakuakan para ahli mengenal filsafat Islam tersebut memberi kesan kapada kita, bahwa pada umumnya penelitian yang dilakukan bersifat penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan–bahan bacaan sebagai sumber rujukannya. Metode yang digunakan umumnya bersifat deskriptif analistis. Sedangkan pendekatan yang digunakan umumnya pendekatan histories, kawasan dan substansial. Penelitian tersebut belum berhasil mengangkat dasar pemikiran yang membentuk filsafat itu sendiri. Pengkaji filsafat biasanya terbiasa dengan diskusi dan perbincangan yang begitu mendalam tentang uraian– uraian dan kutipan filosof, hampir seolah–olah kutipan–kutipan filosof itu baru saja dihasilkan dan seolah – olah tidak mengalami kesulitan interprestasi yang melelahkan.
3.      Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, dan selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.
4.      Ada beberapa model tasawuf :
a.       Model Sayyed Husein Nasr: penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang berdasarkan pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah.
b.      Model Mustafa Zahri: penelitian yang dilakukan bersifat eksploratif yang menekankan pada ajaran yang terdapat dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu serta dengan mencari sandaran pada al-Qur’an dan al-Hadist.
c.       Model Kautsar Azhari Noor: penelitian yang ditempuh adalah studi tentang tokoh dengan pahamnya yang khas, yang dalam hal Ibn Arabi dengan pahamnya Wahdat al-Wujud.
d.      Model Harun Nasution: penelitian yang dilakukan termasuk kategori pendekatan tematik yang bersifat deskriptif eksploratif yang mengemukakan apa adanya dengan sedikit melakukan perbandingan antara satu ajaran dengan ajaran tasawuf lainnya, namun hal ini bukan ditujukan untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari ajaran-ajaran tersebut tetapi sekedar memperjelas ajaran tersebut.
e.       Model A.J.Arberry: penelitian yang dilakukan menggunakan analisis kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut dipahami berdasarkan konteks sejarahnya, dan tidak dilakukan proses aktualisasi nilai mentransformasikan ajaran ajaran tersebut ke dalam makna kehidupan modern yang lebih luas.
6.      Politik adalah suatu konsepsi yang berisikan ketentuan-ketentuan tentang negara.
7.      Ada beberapa model politik:
a.       Model M. Syafi’i Ma’arif: penelitian yang dilakukan bercorak deskriptif analitis. Pendekatan dan analisis yang digunakannya bersifat normative historis. Sedangkan data-data yang digunakannya bersumber pada kajian kepustakaan.
b.      Model Harry J. Benda: penelitian yang dilakukan mengambil bentuk penelitian kepustakaan dengan corak penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan analisis sosio historis.
8.      Pendidikan islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan  membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam
9.      Ada beberapa model pendidikan Islam :
a.       Model penelitian tentang problema guru
Penelitian ini dari termasuk penelitian survei, yaitu penelitian yang sepenuhnya didasarkan pada data yang dijumpai di lapangan
b.      Model Penelitian tentang Lembaga pendidikan
Metode penelitian yang dilakukannya adalah pengamatan (observasi).
c.        Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam
Penelitian ini termasuk penelitian yang dilakukan di lapangan secara langsung.
10.  Sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.






[1] -Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filfat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm 14-15.
[2] Sayyed Husein Nasr,op. cit., hlm. 2

[3] Mustafa Zahri, kunci memahami ilmu tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), cct. I, hlm. 2-3
[4] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 244
[5] Ibid., hlm. 245
[6] Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press, 1990), cet. I, hlm. 2-3
[7] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 276
[8] Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, (terj.) Daniel Dhakidae, (Jakarta: dunia Pustaka Jaya, 1985), cct. II, hlm. 22-23
[9] W.J.S. Poerwadaminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), hlm. 250
[10] Abuddin Nata , Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 334
[11] Ibid., hlm. 338
[12] Ibid., hlm. 340
[13]  Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 342
[14]  Ibid, hlm. 343
[15] W.J.S. Poerwadaminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), hlm : 887
[16]  Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 362
[17]  Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 365

Tidak ada komentar:

Posting Komentar