BEBERAPA MODEL PENELITIAN AJARAN
ISLAM
(FILSAFAT ISLAM, TASAWUF, POLITIK
ISLAM, PENDIDIKAN ISLAM, SEJARAH ISLAM)
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Pengantar Studi Islam
Dosen
Pengampu : Nur Khoiri, H. M.Ag

Disusun
Oleh :
1. Fita
Wahyu Rosyidah (1403026070)
2. Utari
Dwi Setiyaningsigh (1403076020)
3. Miratus
Solihah (14030760)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, perumusan makalah ini meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Islam, Tasawuf, Politik Islam, Pendidikan
Islam, Sejarah Islam ?
2. Apa saja model-model penelitian Filsafat Islam, Tasawuf, Politik Islam,
Pendidikan Islam, Sejarah Islam yang dilakukan para peneliti pada masa lalu ?
C.
TUJUAN
DAN MANFAAT MAKALAH
1. Untuk
mengetahui pengertian tentang Filsafat Islam,
Tasawuf, Politik Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam
2. Untuk
mengetahui model-model penelitian Filsafat Islam,
Tasawuf, Politik Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam yang dilakukan para
peneliti pada masa lalu
D.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Makalah
ini terdiri dari berbagai bagian, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut
:
1. Bagian
awal makalah (cover)
2. Bagian
terpenting dalam pembuatan makalah merupakan bagian yang paling pokok dalam
makalah ini, yang terdiri dari empat bab, yaitu :
Bab
I Pendahuluan. Berisikan sub bab meliputi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat makalah, dan sistematika
penulisan.
Bab
II Landasan Teori. Mengkaji kembali teori-teori yang
melandasi pembuatan makalah yang didapat dari sumber yang bersangkutan.
Bab
III Pembahasan. Menguraikan tentang beberapa model-model
penelitian Islam
Bab
IV Penutupan. Menyimpulkan masalah dalam pembahsan
makalah, serta saran dalan pembuatan makalah.
3. Bagian
terakhir makalah berisikan daftar pustaka yang dijadikan referensi dalam
pembuatan makalah.
BAB
II
PENDAHULUAN
A. LANDASAN TEORI
Melalui studi tasawuf seseorang dapat
mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya
secara benar. Kembalinya masyarakat saat ini kepada tasawuf adalah cukup
beralasan, karena secara historis, kehadiran tasawuf bermula sebagai upaya
untuk mengatasi krisis akhlak yang terjadi di masyarakat di masa lalu, yaitu
saat ummat islam di abad klasik (650-1250 M) bergelimang dengan harta dan
kemewahan sudah mulai terjerumus ke dalam kehidupan foya-foya, berbuat dosa,
dan akhirnya ia lupa pada tugasnya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.
Menyadari bahaya tersebut selanjutnya ummat islam harus introspeksi diri dengan
membangun etos kerja yang dipandu oleh akhlak yang mulia yang dibangun melalui
tasawuf. Namun keadaan ini terjadi secara tidak seimbang. Kaum muslimin nampak
lebih menangkap aspek ritualisasi lahiriahnya dari tasawuf tersebut, asyik
dalam zikir dan wirid, tanpa memberi pengaruh ke dalam gerakan sosial
kemasyarakatan.
Namun belakangan muncul upaya
reinterpretasi kembali terhadap istilah-istilah tasawuf untuk dipahami,
dihayati dan diamalkan dimensi spiritualitas dan dinamikanya sehingga ia
menjadi motor penggerak terjadinya perubahan sosial yang mengarah pada
terwujudnya keagungan tuhan.
Politik termasuk salah satu bidang studi
yang menarik perhatian masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang tertib, aman,
damai, sejahtera lahir dan batin dan seterusnya tidak dapat dilepaskan dari
sistem politik yang diterapkan. Karena demikian pentingnya masalah politik ini,
maka telah banyak studi dan kajian yang dilakukan para ahli terhadapnya. Ibn
Khaldun berpendapat bahwa agama memperkokoh kekuatan yang telah dipupuk oleh
negara dari solidaritas dan jumlah penduduk. Sebabnya adalah karena semangat
agama bisa meredakan pertentangan dan iri hati yang dirasakan oleh satu anggota
dari golongan itu terhadap anggota lainnya, dan menuntun mereka kearah
kebenaran.
B.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
MODEL
PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
Sebagian orang menganggap bahwa filsafat melemahkan keimanan
seseorang karena cara berfikirnya yang mendalam. Akan tetapi dengan adanya ilmu
ini kita dapat mempelajari studi-studi islam secara mendalam dengan selalu
berfikir positif pada setiap langkah kita di roda kehidupan ini.
1.
Pengertian
Filsafat Islam
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani “Philo” yang berarti cinta dan “Shopos” yang berarti
ilmu/hikmah. Seorang filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, yaitu Al Farabi
(wafat 950 M) menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang
maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.[1]
Sedangkan
Islam berasal dari bahasa Arab aslama-yuslimu-islaman
yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat dan
sentosa. Kata tersebut berasal dari salima yang berarti selamat,
sentosa, aman dan damai. Kata Islam kemudian
menjadi nama sebuah agama yang bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan
kepada Rasulullah Muhammad melalui malaikat Jibril, Al Qur’an, serta Al Hadis.
2.
Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Islam.
Dalam
sejarah dunia Filsafat, Yunani merupakan tonggak awal munculnya filsafat.
Pemikiran filosuf masuk ke dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai
ahli-ahli fikir islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Filsafat Yunani
masuk ke daerah tersebut karena adanya ekspansi Alexander pada abad ke-4
sebelum Masehi, dalam bahasa Arab disebut Iskandar Zulkarnain.
Alexander menaklukan negeri tersebut dengan membuat kebijakan politik untuk
menyatakan kebudayaan Yunani dan kebudayaan Persia. Pengaruh dari kebijakan
tersebut lahirlah pusat-pusat kebudayaan Yunani di timur, seperti Alexanderia
di Mesir, Jundisyapur di Mesopotamia dan Bacha di Persia.
Pengaruh
kebudayaan Yunani terhadap dunia Islam terlihat jelas pada masa pemerintahan
Bani Abbasiyah. Karena yang menduduki di pemeritah pusat juga berasal dari
orang-orang Persia yang berkecimpung dengan budaya Yunani. Pada mulanya, para
khalifah Bani Abbasiyah hanya tertarik pada ilmu kedokeran Yunani dengan
cara-cara pengobatannya. Kemudian mereka juga tertarik dengan ilmu pengetahuan
lain termasuk filsafat.
Filsafat
Islam berkembang melalui beberapa fase, yaitu Fase Pertama adalah fase
penerjemahan bagian yang menarik dari filsafat yunani ke dalam Bahasa Arab.
Fase kedua adalah penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam Bahasa Arab yang
berkembang pesat pada masa Khalifah Al-Makmun (813-833 M). Perkembangan
tersebut ditandai dengan berdirinya lembaga penerjemahan yang bernama Baitul
Hikmat yamg dikepalai oleh Hunain Ibnu Ishaq. Pada Fase ketiga muncul filosof-filosof
besar seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibn Maskawih, ibn Bajjah, Ibn
Thufail dan Ibn Rusyd.
Namun,
bila dilihat dari sejarah peradaban umat Islam, munculnya pemikiran filsafat
dalam dunia Islam merupakan gejala perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam
sejak timbulnya agama Islam. Agama memberikan jawaban mengenai beberapa
persoalan metafisika, Tuhan, jiwa dan manusia. Kemudian pengetahuan tentang hal
itu dikembangkan dengan memadukan kebenaran wahyu dan akal. Hal tersebut yang memunculkan
para filosuf Arab yang telah disebutkan diatas.
1.
Unsur-Unsur Metodologi Penelitian Filsafat
a) Interpretasi, yaitu membuat
tafsiran yang bertumpuk pada obyek untuk mencapai kebenaran otentik.
b) Induksi dan deduksi. Induksi adalah
proses penalaran dari khusus ke umum. Deduksi adalah proses penalaran dari umum
ke khusus.
c) Koherensi intern, yaitu usaha
memahami dengan benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur.
d) Holistik, yaitu pandangan menyeluruh
dan mendalam untuk mencapai kebenaran. Obyek dilihat dari interaksi dengan
lngkungannya, sehingga diketahui identitasnya.
e) Kesinambungan historis, yaitu
pengalaman dan pemikiran manusia berkembang bersama lingkungan zamannya.
f) Idealisasi, yaitu berusaha memahami
kenyataan secara mendalam untuk memperoleh hasil yang ideal/sempurna.
g) Komparasi, yaitu membandingkan
kesamaan dan perbedaan dalam obyek penelitian sehingga obyek dapat dipahami
lebih jelas.
h) Heuristika, yaitu menemukan jalan
baru secara ilmiah untuk memecahkan masalah.
i) Analogikal, yaitu meneliti arti,
nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.
j) Deskripsi, yaitu hasil penelitian
harus dapat dibahasakan agar mudah dipahami, ada satu kestuan mutlak antara bahasa
dan pikiran seperti antara jiwa dan raga.
2.
Model-Model Penelitian Filsafat Islam Berdasar Tokohnya
1) Model M. Amin Abdullah
Dalam hasil penelitian untuk
disertasinya yang ia tuangkan dalam bukunya The Ideal of Universality
Ethical Norm In Ghazali and Kant, ia mengambil metode penelitian
kepustakaan yang bercorak deskriptif. Dari segi pendekatan yang digunakan, Amin
Abdullah mengambil pendekatan studi tokoh dengan cara melakukan studi komparasi
antara pemikiran kedua tokoh tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul Falsafah
Islam di Era Postmodernisme, Amin Abdullah menuliskan bahwa untuk melihat
prospek pemikiran Islam di masa mendatang, dalam hubungannya dengan proses
belajar-mengajar di fakultas tarbiyah, diperlukan telaah kritis-historis
terhadap warisan khazanah intelektual Muslim untuk mencari benang merah serta
titik singgung hubungan antara normativitas wahyu dan historisitas kekhalifahan.
Penelitian yang polanya mirip dengan
Amin Abdullah dilakukan pula oleh Sheila McDonough dalam karyanya berjudul Muslim
Ethics And Modernity: A Comparative Study of The Ethical Thought of Sayyid
Ahmad Khan and Mawlana Mawdudi.
2) Model Otto Horrassuwitz, Majid
Fakhry dan Harun Nasution.
Dalam bukunya yang berjudul History
of Muslim Philosophy, Horrassuwitz mengemukakan berbagai pemikiran filosofis,
riwayat hidup, serta karya tulis dari beberapa tokoh filsafat seperti Al Kindi,
Al-Razi, Al Farabi, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Ibn Bajah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd,
dan Nasir Al-Din Al-Tusi.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa
penelitiannya termasuk penelitian kualitatif. Sumbernya kajian pustaka.
Metodenya deskriptif analitis, sedangkan pendekatannya historis dan tokoh. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Majid Fakhry dalam
bukunya yang berjudul A History of Islamic Philosophy. Penelitiannya
selain menggunakan pendekatan historis juga menggunakan pendekatan kawasan,
bahkan substansi.
Harun Nasution juga menggunakan
pendekatan tokoh dan pendekatan historis. Bentuk penelitiannya deskriptif
dengan menggunakan bahan-bahan bacaan. Penelitiannya bersifat kualitatif.
3) Model Ahmad Fuad Al-Ahwani
Ahmad Fuad Al-Ahwani adalah seorang
pemikir modern dari Mesir. Dalam bukunya yang berjudul Filsafat Islam, ia
menyajikan sekitar problem filsafat Islam, tentang zaman penerjemahan, dan
filsafat yang berkembang di Masyriqi dan Maghribi berikut karya, jasa, dan
pemikiran tokoh-tokohnya. Metode penelitian yang ditempuh adalah penelitian
kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersift campuran, yakni
pendekatan historis, pendekatan kawasan dan tokoh.
3.
Model Penelitian Filsafat Berdasarkan Caranya
a. Penelitian historis faktual.
1)
Model penelitian historis faktual mengenai tokoh.
Obyek penelitian materialnya adalah
pemikiran seorang filsuf dalam suatu karyanya atau hanya satu topik dalam karya
tersebut, atau pemikiran kelompok filsuf(mahzab) pada satu periode atau zaman.
Yang diteliti adalah pandangan filsuf mengenai Tuhan, manusia, alam, dll.
2)
Model penelitian historis factual mengenai naskah buku.
Obyek penelitian materialnya adalah
salah satu naskah atau buku filsafat klasik atau modern dalam perkembangan
pemikiran seorang filsuf pada zamannya.
3)
Model penelitian historis faktual mengenai teks naskah.
Obyek penelitian materialnya adalah
salah satu naskah atau buku filsafat klasik yang dipandang menurut teks
harfiah. Teks yng diteliti adalah teks yang dipandang sedekat mungkin dengan
penulis asli.
Pada
ketiga model penelitian tersebut langkah awal dilakukan pengumpulan kepustakaan
mengenai topik yang bersangkutan. Bahan dapat dicri pada buku umum(misal:
sejarah filsafat) serta buku tematis (misal: filsafat manusia). Penelitian
dilakukan dengan mengikuti alur pemikiran tokoh(filsuf) dari buku yang
digunakan melalui unsur-unsur metode berpikir secara umum.
b. Penelitian Konsep Sepanjang Sejarah.
Obyek penelitian materialnya adalah
ide atau konsep yang muncul kembali dalam filsafat di sepanjang zaman, misalnya
kebebasan. Konsep tersebut diambil seberapa jauh dapat dihubungkan dengan
hakikat manusia dan pemikiran menyeluruh yang berkenaan dengan ontology,
aksiologi, dll. Dimulai dengan pengumpulan kepustakaan, selanjutnya diteliti
dengan metode secara umum.
c. Penelitian Komparasi.
Membandingkan dua atau lebih
pandangan filsuf, mengenai pandan satu aliran, maslah satu bidang(missal:
etika) maupun pertentangn diantara keduanya dalam upaya mencari jalan keluar.
Penelitian ini khususnya meneliti persamaan dan perbedaan.
d. Penelitian Lapangan.
Penelitian dilakukan di suatu
kelompok atau daerah, suku, bangsa maupun negara. Diselidiki tentang pandangan
dasar yang melatarbelakangi suatu fenomena penting, misalnya struktur sosial,
kebiasaan upacara, dll. Peneliti mengumpulkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan oleh para sosiolog-antropolog. Hasil penelitian tersebut sebagai
bahan mentah bagi peneliti untuk mengadakan refleksi sesuai dengan keahliannya
dengan menggunakan unsur-unsur metois secara umum.
e. Penelitian Sistematis Reflektif.
Membahas salah satu pokok masalah
dalam kehidupan manusia yang cukup sentral, seperti hubungan agama. Dalam
penelitian ini, peneliti mengadakan refleksi pribadi mengenai hakikat kenyataan
seperti yang dialami pribadi. Metode yang digunakan bukan metode yang digunakan
secara umum dan masing-masing metode dikembangkan sendiri oleh seorang tokoh,
seperti metode kritis(menurut Socrates dan Plato). Namun, tetap menggunakan
metode berpikir secara umum dan penerapannya disesuaikan dengan Penelitian
Sistematis Reflektif.
3.
MODEL
PENELITIAN TASAWUF ISLAM
1. Pengertian tasawuf
Tasawuf
merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak
mulia. Dari segi kebahasaan (linguistik), Harun nasution mengemukakan lima
istilah yang berhubungan dengan tasawuf yaitu :
1. Al-suffah
(abl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah
2.
Saf yaitu
barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjama’ah
3. Sufi
yaitu bersih dan suci
4. Sopbos
(bahasa Yunani:hikmah)
5. Suf
yang berarti kain wol kasar
Dengan demikian tasawuf menggambarkan
sebuah keadaan yang berorientasi kepada kesucian, kesederhanaan, dan kedekatan
dengan Tuhan.
Adapun pengertian tasawuf menurut
istilah yaitu upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia. Tasawuf
secara hakiki memasuki fungsinya dalam mengingatkan kembali manusia siapa ia sebenarnya,
yang berarti manusia dibangunkan dari mimpinya yang ia sebut kehidupannya
sehari-hari dan bahwa jiwanya bebas dari pembatasan-pembatasan penjara khayali
egonya itu yang memiliki timbangan obyektif di dalam apa yang disebut kehidupan
dunia menurut bahasa keagamaan.[2]
2. Model-Model Penelitian Tasawuf
Sejalan
dengan fungsi dan peran tasawuf, maka di kalangan para ahli telah timbul upaya
melakukan penelitian tasawuf. Berbagai bentuk dan model penelitian tasawuf
secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Model
Sayyed Husein Nasr
Sayyed
Husein Nasr selama ini dikenal sebagai limuan muslim keenam di abad modern yang
amat produktif dalam melahirkan berbagai karya ilmiah. Hasil penelitiannya
dalam bidang tasawuf ia sajikan dalam bukunya yang berjudul “Tasawuf Dulu dan Sekarang” yang diterjemahkan
oleh Abdul Hadi WM. Di dalam buku tersebut disajikan hasil penelitiannya di
bidang tasawuf dengan menggunakan
pendekatan tematik, yaitu pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf
sesuai dengan tema-tema tertentu. Di antaranya uraian tentang fungsi tasawuf,
yaitu tasawuf dan pengutuhan manusia. Di dalamnya dinyatakan bahwa tasawuf
merupakan sarana untuk menjalin hubunganan yang intens dengan Tuhan dalam upaya
mencapai keutuhan manusia. Selanjutnya dikemukakan pula tentang
tingkatan-tingkatan kerohanian dalam tasawuf, manusia di alam kelanggengan di
tengah perubahan yang nampak. Setelah itu dikemukakan pula perkembangan tasawuf
yang terjadi pada abad ketujuh dan mazhan Ibn Arabi, serta islam dan pertemuan
agama-agama. Selanjutnya dikemukakan tentang problema lingkungan dalam cahaya
tasawuf, penaklukan alam dan ajaran islam tentang pengetahuan timur.
Dari
uraian di atas terlihat bahwa model penelitian tasawuf yang diajukan Husein
Nasr adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang berdasarkan
pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah.
2.
Model Mustafa
Zahri
Mustafa Zahri memusatkan perhatiannya
terhadap tasawuf dengan menulis buku berjudul “Kunci Memahami Ilmu Tasawuf”,
penelitian yang dilakukannya bersifat eksploratif yakni menggali ajaran tasawuf
dari berbagai literatur ilmu tasawuf. Di dalam buku tersebut disajikan tentang
kerohanian yang di dalamnya dimuat tentang contoh kehidupan Nabi Muhammad SAW,
kunci mengenal Tuhan, sendi kekuatan batin, fungsi kerohanian dalam
menentramkan batin, tarekat dari segi arti dan tujuannya. Selanjutnya
dikemukakan tentang membuka tabir (hijab) yang membatasi diri dengan Tuhan,
zikrullah, istighfar dan bertaubat, doa, waliyullah, keramat, mengenal diri
sebagai cara untuk mengenal Tuhan, makna lailaha illa allah, hakikat pengertian
tasawuf, catatan sejarah perkembangan tasawuf dan ajaran tentang ma’rifat.[3]
Dengan demikian penelitian tersebut
semata-mata bersifat eksploratif yang menekankan pada ajaran yang terdapat
dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu
serta dengan mencari sandaran pada al-Qur’an dan al-Hadist.
3. Model
Kautsar Azhari Noor
Kautsar
Ashari Noor menulis penelitiannya di bidang tasawuf dengan judul “Ibn Arabi:
Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan”. Penelitian yang ditempuh Kautsar adalah studi tentang
tokoh dengan pahamnya yang khas, yang dalam hal Ibn Arabi dengan pahamnya
Wahdat al-Wujud. Penelitian ini cukup menarik, karena
dilihat dari segi paham yang dibawakannya, yaitu Wahdat al-Wujud telah
menimbulkan kontroversi di kalangan para ulama, karena paham tersebut dinilai
membawa paham reinkarnasi, atau paham serba Tuhan, yakni Tuhan menjelma dalam
berbagai ciptaannya, sehingga dapat mengganggu keberadaan zat Tuhan. Inilah
yang menimbulkan perdebatan yang menghebohkan, karena dapat membawa paham
seolah-olah Tuhan ada di mana-mana, menyatu dengan benda-benda alam, padahal
yang sesungguhnya bukanlah demikian. Dengan demikian mereka yang mengira Ibn
Arabi membawa paham banyak Tuhan, tidaklah tepat. Tuhan dalam arti zat-Nya
tetap satu, namun sifat-Nya banyak. Sifat Tuhan yang banyak itu pun dalam arti
kualitas atau mutunya berbeda dengan sifat yang dimiliki manusia.
4. Model
Harun Nasution
Hasil
penelitiannya dalam bidang tasawuf ia tuangkan dalam bukunya berjudul “Falsafat
dan Mistisme dalam Islam”, dalam penelitiannya ia mengambil pendekatan tematik,
yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan dalam tema jalan untuk dekat pada
Tuhan, zuhud dan station-station lain, al-mahabbah, al-ma’rifah, al-fana, dan
al-baqa, al-ittihad, al-hulul dan wahdat al-wujud.[4]
Penelitian tersebut bersifat deskriptif eksploratif, yakni menggambarkan ajaran
sebagaimana adanya dengan mengemukakannya sedemikian rupa, walaupun hanya garis
besarnya saja. Dengan penelitian seperti ini peneliti mengemukakan apa adanya
dengan sedikit melakukan perbandingan antara satu ajaran dengan ajaran tasawuf
lainnya, namun hal ini bukan ditujukan untuk mencari kelebihan dan kekurangan
dari ajaran-ajaran tersebut, tetapi sekedar memperjelas ajaran tersebut.
5. Model
A.J.Arberry
Arberry
salah seorang peneliti Barat kenamaan banyak melakukan studi keislaman termasuk
penelitian dalam bidang tasawuf. Dalam bukunya berjudul “Pasang Surut Aliran
Tasawuf” Arberry mencoba menggunakan pendekatan tematik dengan pendekatan
tokoh. Dengan pendekatan demikian ia coba kemukakan tentang firman Tuhan,
kehidupan nabi, para zahid para sufi, para ahi teori tasawuf, struktur teori
dan amalan tasawuf, tarikat sufi, teosofi dalam aliran tasawuf serta runtuhnya
aliran tasawuf.[5]
4.
MODEL
PENELITIAN POLITIK ISLAM
1.
Pengertian Politik
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan W.J.S Poerwadarminta politik diartikan
sebagai pegetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tata cara
pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya.
Selanjutnya
sebagai suatu sistem, politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lain
ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan negara; siapa pelaksana
kekuasaan tersebut; apa dasar dan bagaimana cara untuk menentukan serta kepada
siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan; kepada siapa pekaksanaan
kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung jawabnya.[6]
2.
Model-Model Penelitian Politik
Menurut
Alfian, permasalahan politik dapat dikaji melalui berbagai macam pendekatan. Ia
dapat dipelajari dari sudut kekuasaan,, struktur politik, partisipasi politik,
konstitusi, pendekatan dan sosialisasi politik, pemikiran politik, dan juga
kebudayaan politik.[7]
a.
Model M. Syafi’i
Ma’arif
Salah
satu hasil penelitian bidang politik yang dilakukan Syafi’i Ma’arif tertuang
dalam bukunya berjudul “Islam dan Masalah Kenegaraan”. Pada bagian pendahuluan
laporan hasil penelitiannya itu, Syafi’i Ma’arif mengemukakan substansi ajaran
al-Qur’an mengenai ketatanegaraan. Dalam kaitan ini ia mengatakan jika
perkembangan sosial keagamaan berlanjut menurut arah ini, maka usaha
intelektual yang sungguh-sungguh dalam menjelaskan dan mensistematisasikan
berbagai aspek ajaran islam mutlak perlu digalakkan agar umat islam punya
kemampuan menghadapi dan memecahkan masalah-masalah modern yang sedang dihadapi
oleh bangsa indonesia.
Dengan
mengikuti pandangan ini, menurutnya, studi al-Qur’an secara mendalam dan
sistematik menjadi sangat mutlak diperlukan. Tanpa kerja stratrgis ini,
bangunan sosio politik islam akan tetap goyang, dan tanpa formulasi yang jelas
tetang pandangan dunia menurut al-Qur’an, barangkali sedikit faedahnya bagi
orang yang membicarakan rekonstruksi sosial umat islam.
Syafi’i Ma’arif mengatakan alasan lain bagi studi islam ini ialah
bahwa suatu analisa yang mendalam tentang tema pokok dan topik-topik lain akan
melahirkan tiga hipotesis yang berkaitan secara organik yang perlu dilacak
lebih lanjut. Tiga hipotesis berikut adalah sebagai berikut:
a.
Islam Indonesia merupakan suatu agama yang
hidup dinamis, ia bergerak perlahan-lahan tapi nampaknya pasti dari posisi
kuantitas ke posisi kualitas.
b.
Usaha-usaha untuk mengubah Indonesia
menjadi suatu negara islam, sekalipun sah menurut UUD pada tahun 1950-an.
c.
Prospek islam di Indonesia nampaknya banyak
tergantung pada kemampuan intelektual muslim.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa model penelitian politik yang
dilakukan Syafi’i Ma’arif bercorak deskriptif analitis. Pendekatan dan analisis
yang digunakannya bersifat normative historis. Sedangkan data-data yang
digunakannya bersumber pada kajian kepustakaan.
b.
Model Harry J.
Benda
Penelitian
di bidang politik dengan menggunakan pendekatan historis normatif dilakukan
pula oleh Harry J. Benda, sebagaimana telihat dalam bukunya berjudul “Bulan
Sabit dan Matahari Terbit Islam di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang,
diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae. Penelitian tersebut berusaha mencari
informasi dari sumber-sumber sesudah perang, dalam usaha untuk menguji dan
memperbaiki gambaran yang telah muncul dari studi catatan-catatan masa
pendudukan. Menurutnya, berbeda dengan periode kolonialisme Belanda, pendudukan
Jepang di Indonesia pada umumnya, dan perkembangan Islam selama tahun-tahun
tersebut khususnya, sejauh ini sangat tidak mendapatkan perhatian dari kalangan
penulis-penulis Indonesia lainnya.
Di
dalam buku tersebut, aspek politik islam Indonesia merupakan pokok utama dalam
buku tersebut, generalisasi tidak dapat dihindarkan. Pembahasan seperti ini
terpaksa tidak memperdulikan adanya perbedaan regional yang meliputi islam
bahkan dalam konteks terbatas di Pulau Jawa, dimana cabang-cabang politiknya,
teristimewa di Karesidenan Banten di Jawa Barat, dinilai harus mendapatkan
perhatian tersendiri. Di antara kesimpulan dari penelitian tersebut adalah
meskipun islam di daerah lain tak dapat disangkal telah memainkan peranan utama
di dalam perkembangan politik Indonesia, di Jawa menurut Benda telah
mendapatkan perwujudan organisatoris paling penting. Di sanalah
kelompok-kelompok islam paling langsung terlibat dalam membentuk politik
Indonesia pada umumnya.[8]
Dari
uraian di atas, terlihat bahwa model penelitian yang dilakukan Harry J. Benda
mengambil bentuk penelitian kepustakaan dengan corak penelitian deskriptif,
dengan menggunakan pendekatan analisis sosio historis, sebagaimana penelitian
yang dilakukan Syafi’i Ma’arif trsebut di atas.
5.
MODEL
PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian
Pendidikan Islam
Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan
perbuatan mendidik, dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau
pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan , batin dan sebagainya.[9]
Dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada
umumnya menggunakan kata tarbiyah
untuk arti pendidikan.[10]
Adapun
pengertian pendidikan dari segi istilah dinyatakan dalam undang-undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.2 Th. 1989) bahwa pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan perannya di masa yang akan datang.
Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara ,
mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelect) dan
tubuh anak yang antara satu dan lainya saling berhubungan agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik
selaras dengan dunianya.[11]
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa
pendidikan adalah usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber
daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara
fungsional dan optimal.
Adapun pengertian Islam berasal dari bahasa Arab aslama, yuslimu islaman yang berarti
berserah diri, patuh, dan tunduk. Kata aslama
tersebut pada mulanya berasal dari salima,
yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian, secara
harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk , berserah diri (kepada Alloh)
untuk mencapai keselamatan.
Dari pengertian di atas Pendidikan Islam adalah upaya
membimbing, mengarahkan, dan membina
peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu
kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[12]
2. Aspek-aspek
Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam memiliki berbagai aspek yang tercakup didalamnya. Aspek tersebut dapat
dilihat dari segi cakupan materi
didiknya, filsaftnya, sejarahnya, kelembagaanya, sistemnya, dan dari segi
kedudukanya sebagai sebuah ilmu. Dari segi aspek materi didiknya, pendidikan
Islam sekkurang-kurangnya mencakup pendidikan fisik, akal,agama, akhlak,
kejiwaan, rasa keindahan, dan sosial kemasyarakatan.
Dilihat
dari segi sejarah atau periodenya, pendidikan Islam mencakup :
1. Periode
pembinaan Islam yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad Saw. Masa ini berlangsung
sejak Nabi Muhammad Saw menerima wagyu
dan menerima pangkatnya sebagai rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya
ajaran Islam menjadi warisan budaya umat Islam.
2. Periode
pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad wafat
sampao masa akhir Bani Umayyah. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan itu
pendidikan Islam memppunyai dua sasaran
yaitu generasi muda sebagai generasi penerus dan masyarakat bangsa lain yang
belum menerima ajaran Islam dan sebagai dakwah Islami.
3. Periode
kejayaan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah
sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu akliah dan timbulnya madrasah, serta
memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
4. Periode kemunduran pendidikan islam sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya
Mesir ketangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan
islam danberpindahnya pusatpusat pengembangan kebudayaan ke duni barat.
5. Perode pembaharuan pendidikan islam sejak penduduk Mesir oleh Napoleon sampai masakini, yang ditandai
oleh gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan islam.[13]
Selanjutnya dilihat dari segi kelembagaanya pendidikan Islam mengenal
adanya pendidikan Islam mengenal adanya pendidikan yang dilaksanakan di rumah,
pesantren, mesjid dan madrasah.
Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di
dalamnya mengandung aspek tujuan, kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana
prasarana, lingkungan, administrasi dan sebagainya yang antara satu dengan
lainya saling berkaitan membentuk suatu sistem yang terpadu.
3. Model
Penelitian Pendidikan Islam
Dilihat dari segi objek kajiannya Ilmu Pendidikan dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
Pertama, ada pengetahuan ilmu, yaitu
pengetahuantentang hal-hal atau objek-objek yang empiris,diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah, dan teori-teorinya bersifat logis dan empiris.
Kedua, pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan
objek-objek yang abstrak logis, diperoleh dengan berpikir, dan teori-teorinya bersifat logis dan hanya logis (tidak empiris).
Ketiga, pengetahuan mistik, yaitu pengetahuanyang
objek-objeknya tidak bersifat empiris, dan tidak pula terjangkau oleh logika. Objekpengetahuan ini bersifat abstrak,
supra logis.[14]
Untuk lebih
jelas mengenai model penelitian pendidikan islam yaitu dengan beberapa contoh sebagai berikut :
1. Model
Penelitian tentang Problema Guru
Dalam usaha memecahkan problema guru, Himpunan
Pendidikan Nasional (National Education Association) di Amerika Serikat
pernah mengadakan penelitian tentang problema yang dihadapi guru secara
nasional pada tahun 1968.
Produser yang dilakukan dalam penelitian tersebut
dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh Bagian Himpunan
Pendidikan Nasional Penelitian (National education Association) melalui
survey pendapat umum guru (opinion survey for teacher) pada musim semi
pada tahun 1968 di kalangan guru-guru sekolah negeri yang dijadikan sampel
secara nasional.
Dengan demikian
penelitian tersebut dari segi metodenya termasuk penelitian survei, yaitu
penelitian yang sepenuhnya didasarkan pada data yang dijumpai di lapangan,
tanpa didahului oleh kerangka teori, asumsi atau hipotesis
2. Model
Penelitian tentang Lembaga Pendidikan Islam
Salah satu penelitian yang berkenaan dengan pendidikan
islam yang berkenaan dengan lembaga pendidikan islam adalah penelitian yang
dilakukan oleh Karel A. steenbrink dalam bukunya yang berjudul Pesantren,
Madrasah dan Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern yang diterbitkan
oleh LP3ES, Jakarta, tahun 1986.
Metode penelitian yang dilakukannya adalah pengamatan
(observasi). Sedangkan objek pengamatannya adalah sejumlah pesantren yang
berada di Jawa dan Sumatra.
3. Model
Penelitian Kultur Pendidikan Islam
Penelitian yang mengambil objek kultur pendidikan
Islam khususnya yang ada di pesantren, antara lain yang dilakukan oleh Mastuhu
dan Zamakhsyari Dhofir. Untuk mengenal model penelitian yang dilakukan oleh
kedua peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.Model Penelitian Mastuhu
Penelitian yang bertemakan kultur pendidikan islam
yang ada dipesantren dilakukan Mastuhu pada saat menulis disertai untuk program
doktor. Penelitian dimaksud berjudul Dinamika Sistem Pendidikan pesantren
yang diterbitkan oleh Indonesian Netherlands Coopration in Islamic Studies
(INS) pada tahun 1994.
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan grounded
research yang mendasarkan
analisisnya pada data dan fskta yang ditemui di lapangan, bukan melalui ide-ide
yang ditetapkan sebelumnya
b. Model penelitian Zamakhsyari Dhofier
Model penelitian yang dilakukan oleh Zamakhsyari
Dhofier masih disekitar pesantren. Penelitian yang dilakukannya berjudul Tradisi
Pesantren tentang Pandangan hidup Kiyai, dan telah diterbitkan oleh LP3ES
pada tahun 1982.
Model penelitian ini
tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode survei, pengamatan,
wawancara, dan studi dokumentasi. Pembahasanya bersifat deskriptif sedangkan
analisisnya menggunakan pendekatan sosiologis.
6.
MODEL
PENELITIAN SEJARAH ISLAM
1. Pengertian
sejarah islam
Sejarah
adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau
atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.[15]
Sejarah
Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.[16]
2. Model
Penelitian Sejarah Islam
Terdapat
berbagai model penelitian sejarah yang dilakukan para ahli, diantaranya ada
yang melakukan studi sejarah dari segi tokoh atau pelakunya, peristiwanya,
produk-produk budaya dan ilmu pengetahuanya, wilayah tertentu, latar belakang
terjadinya berbagai peristiwa tersebut, segi periodesasinya, dan sebagainya.
Berbagai Model
penelitian sejarah tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut :
1. Model
penelitian Sejarah Kawasan
Penelitian
sejarah dapat dilakukan dengan mellihat kawasan dimana peristiwa itu terjadi.
John L. Esposito, misalnya mengedit buku berjudul islam in Asia, Religion, politics and Society. Di dalam buku
tersebut dikemukakan perkembangan Islam di Asia pada umumnya. Buku tersebut
bukan termasuk kedalam hasil penelitian yang khas melainkan lebih merupakan
kumpulan esai dengan menggunakan sumber-sumber sekunder.
Model
penelitian sejarah yang mengambil pendekatan kawasan juga dilakukan oleh Arthur
Goldschmidt, jr, dalam bukunya yang berjudul A Concise History of The Middle East. Melalui bukunya Arthur telah
mendeskripsikan secara komprehensif berbagai peristiwa yang terjadi di Timur
Tengah sepanjang berkaitan dengan Islam, mulai sejak kedatangan Islam di daerah
tersebut sampai dengan perkembangan yang terakhir. [17]
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Filsafat Islam adalah suatu ilmu yang mencakup ajaran Islam dalam membahas
hakikat kebenaran segala sesuatu.
- Ada beberapa Model penelitian filsafat Islam antara lain
A. Model M. Amin Abdulla:Penelitian
yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif berdasarkan sumber
kepustakaan yang bercorak deskriptif analitis dan menggunakan pendekatan
studi tokoh dan komparatif studi khususnya di bidang etika.
B. Model Otto Horrassowitz , Majid Fakhry dan Harun Nasution:Penelitian yang
dilakukan ketiganya termasuk penelitian kualitatif dan metodenya adalah
deskriptis analitis. Akan tetapi pendekatan yang digunakan Otto H dan Harun
Nasution adalah pendekatan historis dan tokoh sedangkan Majid Fakhry
menggunakan pendekatan campuran antara historis, kawasan, dan pendekatan
substansi.
C. Model Ahmad fuad
Al-Ahwani:Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif
berdasarkan sumber kepustakaan yang sifat dan coraknya adalah penelitian
deskriptif kualitatif dan pendekatannya bersifat campuran antara pendekatan
historis, kawasan dan tokoh.
Berbagai hasil
penelitian yang dilakuakan para ahli mengenal filsafat Islam tersebut memberi
kesan kapada kita, bahwa pada umumnya penelitian yang dilakukan bersifat
penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan–bahan bacaan
sebagai sumber rujukannya. Metode yang digunakan umumnya bersifat deskriptif analistis.
Sedangkan pendekatan yang digunakan umumnya pendekatan histories, kawasan dan
substansial. Penelitian tersebut belum berhasil mengangkat dasar pemikiran yang
membentuk filsafat itu sendiri. Pengkaji filsafat biasanya terbiasa dengan
diskusi dan perbincangan yang begitu mendalam tentang uraian– uraian dan
kutipan filosof, hampir seolah–olah kutipan–kutipan filosof itu baru saja
dihasilkan dan seolah – olah tidak mengalami kesulitan interprestasi yang
melelahkan.
3.
Tasawuf
adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri
manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, dan selalu dekat dengan Allah,
sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.
4. Ada beberapa model tasawuf :
a. Model Sayyed Husein Nasr: penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang berdasarkan
pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah.
b. Model Mustafa Zahri: penelitian yang dilakukan bersifat eksploratif yang menekankan pada ajaran yang terdapat
dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu
serta dengan mencari sandaran pada al-Qur’an dan al-Hadist.
c. Model Kautsar Azhari Noor: penelitian yang ditempuh adalah studi
tentang tokoh dengan pahamnya yang khas, yang dalam hal Ibn Arabi dengan
pahamnya Wahdat al-Wujud.
d. Model Harun Nasution: penelitian yang dilakukan termasuk kategori
pendekatan tematik yang bersifat deskriptif eksploratif yang mengemukakan
apa adanya dengan sedikit melakukan perbandingan antara satu ajaran dengan
ajaran tasawuf lainnya, namun hal ini bukan ditujukan untuk mencari kelebihan
dan kekurangan dari ajaran-ajaran tersebut tetapi sekedar memperjelas ajaran
tersebut.
e. Model A.J.Arberry: penelitian yang dilakukan menggunakan analisis kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut
dipahami berdasarkan konteks sejarahnya, dan tidak dilakukan proses aktualisasi
nilai mentransformasikan ajaran ajaran tersebut ke dalam makna kehidupan modern
yang lebih luas.
6. Politik adalah suatu konsepsi yang berisikan ketentuan-ketentuan tentang
negara.
7. Ada beberapa model politik:
a. Model M. Syafi’i Ma’arif: penelitian yang dilakukan bercorak
deskriptif analitis. Pendekatan dan analisis yang digunakannya bersifat
normative historis. Sedangkan data-data yang digunakannya bersumber pada kajian
kepustakaan.
b. Model Harry J. Benda: penelitian yang dilakukan mengambil bentuk penelitian kepustakaan dengan corak penelitian deskriptif, dengan
menggunakan pendekatan analisis sosio historis.
8.
Pendidikan
islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didikan yang dilakukan secara
sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam
9.
Ada beberapa
model pendidikan Islam :
a.
Model penelitian
tentang problema guru
Penelitian ini dari termasuk penelitian
survei, yaitu penelitian yang sepenuhnya didasarkan pada data yang dijumpai di
lapangan
b.
Model Penelitian tentang
Lembaga pendidikan
Metode penelitian
yang dilakukannya adalah pengamatan (observasi).
c. Model Penelitian Kultur
Pendidikan Islam
Penelitian ini termasuk penelitian yang dilakukan di
lapangan secara langsung.
10. Sejarah
Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.
[1] -Jan Hendrik Rapar, Pengantar
Filfat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm 14-15.
[2] Sayyed Husein Nasr,op.
cit., hlm. 2
[3] Mustafa Zahri, kunci
memahami ilmu tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), cct. I, hlm. 2-3
[4] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 244
[6] Munawir Sjadzali, Islam
dan Tata Negara, Ajaran, sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press, 1990),
cet. I, hlm. 2-3
[7] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 276
[8] Harry J. Benda, Bulan
Sabit dan Matahari Terbit Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang,
(terj.) Daniel Dhakidae, (Jakarta: dunia Pustaka Jaya, 1985), cct. II, hlm.
22-23
[9] W.J.S. Poerwadaminta,
kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta
: Balai Pustaka, 1991), hlm. 250
[10] Abuddin Nata , Metodologi Studi Islam, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 334
[11] Ibid., hlm. 338
[12] Ibid., hlm. 340
[13] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 342
[15] W.J.S. Poerwadaminta,
kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta
: Balai Pustaka, 1991), hlm : 887
[16] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 362
[17] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 365
Tidak ada komentar:
Posting Komentar