KEMAJUAN-KEMAJUAN
PERADABAN ISLAM DI MASA ABDURRAHMAN AD-DAKHIL DI SPANYOL
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu
: Drs. H. Mat Sholihin, M.Ag

Disusun Oleh:
Abdullah Haidar (133211078)
Fita wahyu rosyidah
(1403026070)
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Hampir semua sejarawan membagi Dinasti Umayyah menjadi dua, yaitu
Dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan yang
berpusat di Damaskus (Siria). Dan Dinasti Umayyah di Andalusia (Siberia) yang
pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di bawah pimpinan seorang
gubernur pada zaman Walid Ibn Abd Al-malik; kemudian diubah menjadi kerajaan
yang terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas setelah berhasil menaklukkan
Dinasti Umayyah di Damaskus.[1]
Dinasti
Umayyah yang didirikan Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 661 adalah salah satu
imperium terkuat yang pernah menguasai dunia Islam. Dari empat belas penguasa
Dinasti Umayyah yang memerintah dari tahun 661 sampai 750, pemerintahan
Muawiyah, Abdul Malik bin Marwan, Umar bin Abdul Aziz, Al-Walid !, dan Hisyam
adalah paling sukses. Penguasa laninnya seperti Yazid I, Al-Walid III, dan
Marwan III terbukti tidak kompeten dan merupakan penguasa-penguasa tiran yang
kesulitan memelihara perdamaian dan stabilitas dalam negara Islam. Makalah ini
akan menjelaskan kisah tentang Abdurrahman Ad-Dakhil Dinasti Umayyah kedua dan
kemajuan peradaban Islam di Spanyol.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
biografi Abdurrahman Ad-Dakhil?
B.
Bagaimana
perjalanan Abdurrahman As-Dakhil menuju Andalusia?
C.
Apa
saja kebijakan dan kemajuan peradaban Islam pada masa Abdurrahman Ad-Dakhil di
Spanyol?
III.
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Abdurrahman Ad-Dkhil
Abdurrahman Ad-Dakhil adalah seorang pemimpin yang sangat kuat,
santun, berani, dan cerdas, yang menjadi pelopor tegaknya peradaban Islam di
Andaluisa. Beliau lahir di Damaskus pada tahun 113 H/729 M. Nama lengkapnya
adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Beliau
adalah pangeran bani Umayyah yang dianggap sebagai salah satu penguasa paling
sukses di dunia Islam dan Eropa, Abdurrahmna yang berjuluk “al-Dakhil” (Sang
Imigran) yang mengubah Islam Spanyol di Andalusia menjadi salah satu pusat
budaya dan peradaban paling makmur di Eropa pada Abad Pertengahan.[2] Ia
diberi gelar Ad-Dakhil karena ia adalah pangeran Dinasti Umayah pertama yang
menginjakkan kakinya di Andalusia pada tahun 132 H/750 M.[3]
Abdurrahman dibesarkan dan dididik di dalam lingkungan istana
kerajaan di Damaskus, beliau mendapatkan asuhan istimewa, dikelilingi kekayaan
dan kemewahan melimpah. Sebagai salah satu cucu kesayangan Khalifah,
Abdurrahman dianggap sebagai anak yang sangat cerdas. Khalifah Hisyam
memperkirakan cucunya itu nanti akan mengembilkan kejayaan Umayyah setelah
keruntuhan mereka. Oleh karena itu, Khalifah mendororng putranya, Muawiyah,
untuk mengasuh cucunya dengan baik.
Ketika abdurrahman memasuki masa mudanya, Kaum Abbasiyah pun
memberontak terhadap pihak Umawiyah. Mereka membunuh semua orang yang telah
baligh dari kalangan keluarga bani Umawiyah, tapi tidak membunuh kaum wanita
dan anak-anak, ini terjadi pada tahun 132 H.[4]
Abdurrahman melarikan diri bersama saudaranya, Hisyam yang berusia
tiga belas tahun, menuju Sungai Eufrat. Tetapi di tepian Sungai Eufrat,
keduanya berhasil terkejar oleh pasukan Bani Abbasiyah. Keduanya pun
menceburkan diri ke sungai dan mulai berenang. Dari kejahuan, pasukan Abbasiyah
berteriak, “Kembalilah kalian berdua. Kalian akan mendapatkan jaminan keamanan”,
mereka bersumpah untuk itu, tapi keduanya bertekad untuk sampai ke tepian
sungai yang di seberang. Hanya saja Hisyam tidak sanggup lagi berenang sehingga
ia memutuskan untuk memenuhi panggilan pasukan Abbasiyah itu dan menerima
jaminan keamanan mereka. Ia pun bermaksud untuk kembali, tapi Abdurrahman terus
mendorong dan memotivasinya untuk berenang, “Jangan kembali, Saudaraku, karena
mereka pasti akan membunuhmu”. Hisyam menjawab, “Mereka telah memberikan
jaminan keamanan.” Ia tetap memilih untuk kembali kepada pasukan Abbasiyah.
Tapi begitu pasukan Abbasiyah memegangnya, mereka langsung membunuhnya di depan
mata saudaranya.
Abdurrahman seseorang yang berperawakan tinggi, ramping, kuat dan
tekun, ia memerlukan waktu lima tahun dari satu tempat ke tempat lainnya
sebelum akhirnya mencapai Maghrib (Maroko), kampung halaman leluhur ibunya yang
berasal dari suku Barbar.[5] Ia
bermaksud melarikan diri menemui keluarga ibunya disana. Ia melalui sebuah
kisah pelarian diri yang panjang dan menakjubkan, di mana ia melintasi Syam,
Mesir, Libya, dan Qoiruwan.
Pada masa itu, Qoiruwan dipimpin oleh Abdurrahman bin Habib
Al-Fihri. Ia adalah keturunan dari Uqbah bin Nafi’, penakluk Maghrib pertama.
Ia juga sepupu dari Yusuf Al-Fihri yang memimpin Andalusia. Karena kedatangan
Abdurrahman bin Muawiyah di Qoiruwan maka menjadikan rasa takut dan terusik ke
dalam pikiran penguasa Maghrib sebagaimana juga pada pikiran penguasa
Andalusia. Karena orang Umawy yang paling berhak untuk memimpin negara
tersebut, karena ini adalah warisan dari para leluhurnya, para khalifah yang
besar.[6]
Abdurrahman Ad-Dakhil hidup selama 59 tahun. Sembilan belas tahun
di antaranya ia lalui di Damaskus dan Irak sebelum kejatuhan Daulah Umawiyyun,
enam tahun dalam pelarian menghindari Bani Abbasiyah dan perencanaan memasuki
Andalusia, lalu 34 tahun memegang kekuasaan dan kepemimpinan di negeri
Andalusia. Beliau meninggal dunia di Cordova dan di makamkan di sana pada
Jumadil ula 172 H (Oktober 788 M).
B.
Perjalanan
Abdurrahman Ad-Dakhil Menuju Andalusia
Pada tahun 136 H (755M), Abdurrahman Ad-Dakhil mulai menyiapkan
perbekalannya untuk memasuki Andalusia. Ia memilih Andalusia karena, pertama:
tempat yang jauh dari orang-orang Abbasiyah dan Khawarij. Kedua: kondisi
di Andalusia sangat bergejolak. Dalam kondisi inilah Abdurrahman dapat memasuki
negeri tersebut.[7]
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil menuju
Andalusia adalah:
Pertama: mengutus
budaknya yang bernama Badr ke Andalusia untuk mempelajari situasi dan
mengetahui kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kekuasaan disana.
Kedua: mengirimkan
surat kepada semua pecinta Daulah Umayyah di bumi Andalusia setelah ia
mengetahui dari budaknya yang bernama Badr tentang siapa mereka.
Ketiga: mengirim surat
kepada semua orang Umawiyyun di Andalusia dan memaparkan idenya kepada mereka,
dan bahwa ia bermaksud memasuki Andalusia serta meminta dukungan dan bantuan
mereka.
Langkah yang paling berpengaruh yang berhasil dijalankan oleh Badr,
budak Abdurrahman Ad-Dakhil, adalah ketika ia berhasil menemui para mawali
(bekas budak yang berafiliasi kepada pihak yang memerdekakannya) Bani Umayyah
di Andalusia dan pemimpin senior mereka, Abu Utsman.
Dengan demikian, Badr telah menunaikan misinya. Ia pun segera
mengirim utusan menemui Abdurrahman dan menyampaikan kepadanya, “Sesungguhnya
situasi dan kondisi telah siap untuk menyambut kedatangan Anda di sana”.
Begitu Abdurrahman Ad-Dakhil memasuki Andalusia, mulailah ia
mengumpulkan para pendukungnya, para pecinta Daulah Umayyah, kabilah barbar dan
beberapa kabilah yang menentang Yusuf bin Abdurrahman Al-Fihr. Pada saat yang
sama juga sisa-sisa kerabat Bani Umayyah yang melarikan diri ke Andalusia tiba
dan bergabung dalam persekutuan yang telah dijalankan bersama orang-orang Yaman,
dan pemimpin kabilah Yaman adalah Abu Ash-Shabah Al-Yahshuby, dan pusat
perkumpulan mereka di Sevilla.
Sebuah babak baru dimulai dalam sejarah Islam Spanyol, di bawah
komando Pangeran Abdurrahman yang bijaksana. Sebelum terjadinya peperangan,
Abdurrahman Ad-Dakhil mengirimkan beberapa surat kepada Yusuf bin Abdurrahman
Al-Fihri meminta kesediaannya secara baik-baik untuk menyerahkan kepemimpinan,
dan Al-Fihri akan diangkatnya sebagai salah seorang pejabat pentingnya di
Andalusia. Tapi Yusuf Al-Fihri menolak hal tersebut dan menyiapkan pasukannya
untuk memerangi Abdurrahman bin Muawiyah bersama pendukungya.[8]
Setelah merekrut kekuatan militer yang cukup besar, Abdurrahman
Ad-Dakhil menggabungkan pasukan Archidona dan Seville, kemudian bergerak menuju
ibukota Islam Spanyol, Kordoba, untuk menantang otoritas Gubernur Abbasiyah,
Yusuf Al-Fihri. Dua puluh ribu pasukan Abdurrahman berhadapan dengan pasukan
Yusuf Al-Fihri di Masara, Sebelah timur Kordoba.[9]
Abdurrahman Ad-Dakhil berhasil menyingkirkan Yusuf Al-Fihri yang menyatakan
diri tunduk kepada Dinasti Bani Umayyah. Abdurrahman Ad-Dakhil memproklamasikan
bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas.[10]
Maka pada bulan Dzulhijjah 138 H (Mei 756 M), terjadi pertempuran besar yang
dalam sejarah dikenal sebagai Pertempuran Al-Musharah.
C.
Kebijakan-kebijakan
dan Kemajuan-kemajuan Pada Masa Abdurrahman Ad-Dakhil di Spanyol
Dalam fase kepemimpinan Abdurrahman Ad-Dakhil yang berlangsung
selama 34 tahun, dari tahun 138 H (755 M) hingga tahun 172 H (788 M),
menghadapi ancaman sejumlah besar upaya pemberontakan yang jumlahnya lebih dari
25 pemberontakan. Namun ia berhasil membasminya dengan sangat sukses satu demi
satu.
Ketika kondisi Andalusia telah kondusif, Abdurrahman Ad-Dakhil
mulai memperhatikan urusan dalam negerinya. Hal-hal yang dilakukannya adalah:
Pertama: Mulai
membangun sebuah pasukan militer yang kuat.
Dalam membangun pasukannya yang baru, ia melakukan langkah-langkah
berikut;
1.
Membentuk
pasukan dari unsur-unsur berikut ini:
a.
Ia
menngandalkan unsur keturunan, yaitu mereka yang lahir dan tumbuh dari hasil
pernikahan antara para prajurit penakluk dengan penduduk asli Andalusia.
b.
Ia
juga mengandalkan semua kelompok dan suku yang ada di Andalusia.
c.
Ia
juga mengandalkan ras Al-Shaqalibah. Mereka adalah anak-anak orang Kristen yang
pernah dibeli oleh Abdurrahman Ad-Dakhil dari Eropa yang kemudian dididik dan
dibimbingnya secara Islami dan militeristik yang benar.
2.
Abdurrahman
Ad-Dakhil mendirikan beberapa gudang persenjataan, beberapa pabrik pedang dan manjaniq
(semacam ketapel raksasa pelontar api). Di antara semua pabrik itu yang paling
populer adlah pabrik Toledo dan Bardil.
3.
Beliau
juga membangun sebuah armada laut yang kuat, dan beberapa pelabuhan. Di
antaranya adalah pelabuhan Tortossa, Almeria, Sevilla, dan Barcelona.
4.
Beliau
juga membagi anggaran belanja tahunan negara menjadi tiga bagian; bagian untuk
belanja militer, bagian untuk kepentingan umum negeri seperti: pembangunan,
gaji, proyek-proyek dan yang lainnya. Dan bagian yang disimpannya sebagai
cadangan tidak terduga.
Kedua: Perhatian
terhadap ilmu dan sisi keagamaan yang sangat tinggi
Hal-hal yang
dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil adalah:
1.
Menyebarkan
ilmu dan memuliakan para ulama.
2.
Memperhatikan
persoalan peradilan dan hisbah (pengawasan).
3.
Memperhatikan
amar makruf nahi mungkar.
4.
Membangun
masjid besar Cordova, yang untuk pembangunannya ia mengeluarkan biaya sebanyak
80.000 dinar emas.
Ketiga: Perhatian
yang besar terhadap sisi peradaban (fisik-materil)
Hal ini tampak
dari sisi-sisi berikut ini:
1.
Membangun
dan memperkuat benteng dan jembatan, serta menghubungkan wilayah Andalusia satu
dengan yang lainnya.
2.
Mendirikan
Ár-Rashafah”, yaitu taman terbesar nan indah di pinggiran Kordoba.
Keempat: Melindungi
perbatasan-perbatasan negaranya dari musuh-musuhnya
Langkah-langkah yang ia
lakukan adalah
1.
Ia
mengetahui bahwa bahaya yang sebenarnya di dua negara; Leon di barat daya dan
Perancis di barat laut. Ia membangun dan mengatur benteng-benteng. Benteng
tersebut adalah:
·
Benteng
yang tertinggi, yaitu ben
·
teng
Zaragosa di arah barat laut untung menghadapi Perancis.
·
Benteng
pertengahan, dimulai dari kota Salim dan memanjang hingga Toleda.
·
Benteng
yang terbawah, yaitu di barat daya untuk menghadapi kerajaan Leon.
2.
Ia
telah mempelajari sebuah adat yang agung dari ayah dan kakek-kakeknya; yaitu
adat jihad yang berkelanjutan dan secara teratur setiap tahun. Untuk itu ia
mempergilirkan para komandan besar pasukannya, dengan maksud memberikan
ketakutan kepada musuh. Dalam ilmu militer disebut “serangan penekan”.[11]
Kemajuan
yang diraih Islam Spanyol dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah:
1.
Filsafat
Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah
merintis pembangunannya sekitar abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni selama pemerintahan
Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman. Tokoh-tokoh filsafat yang
lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakri Muhammad Ibn As-Sayiqh yang lebih
dikenal dengan Ibn Bajah sebagaimana Al-Farabi dan Ibn Sina. Filosof
selanjutnya adalah Abu Bakar Ibn Thufail.
2.
Sains
Spanyol islam banyak melahirkan tokoh
dalam ranah sains. Dalam bidang matematika, pakar yang sangat terkenal adalah
Ibn Sina, sedangkan dalam bidang fisika dikenal seorang tokoh Ar-Rozi, dialah
yang meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayyul,
dia jugalah yang menemukan rumusan klasifikasi binatang dan tumbuhan.
3.
Bahasa
Sastra dan Musik
Bahasa arab dengan ketinggian sastra dan
tata bahasanya telah mendorong lahirnya minat yang besar masyarakat spanyol.
Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa ini menjadi resmi, bahasa
pengantar, bahasa ilmu pngetahuan dan administrasi.
Berangkat dari kenyataan tersebut,
lahirlah para tokoh atau pakar dalam bidang bahasa dan sastra, seperti Al-Qali
dengan karyanya Al-kitab Al-Bari fi Al-Luqoh, dalam bidang seni, indikasi
kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di Cordova oleh Zaryab.
4.
Sejarah
dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi, spanyol
islam khususnya wilayah islam bagian barat telah banyak melahirkan penulis
terkenal seperti Ibn Zubair dari Valancia, yang telah menulis sejarah tentang
negeri-negeri muslim mediterania serta sisilia. Ibn Al-Khatib telah menyusun
sejarah tentang granada, Ibn Kholdun dari tunis adalah seorang perumus filsafat
sejarah. Para sejarawan tersebut semula bertempat tinggal di spanyol dan
kemudian pindah ke afrika.
5.
Fiqh
Umat islam spanyol dikenal sebagai
penganut madzhab maliki. Madzhab ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abdurrahman
yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibnu Yahya yang menjadi Qodhi pada masa
Hisyam Ibn Abdurrahman. Fuqoha’ lain yang terkenal pada masa itu, antara lain
Abu Baki, Ibn Al-Qutiyah, Mundzir, Ibn Said Al-Batuti dan Ibn Hazin.[12]
6.
Kemajuan
pembangunan fisik
Kemajuan pesat pada bidang intelektual
tidak melainkan para penguasa spanyol islam untuk memperhatikan pembangunan
fisik. Dalam bidang pembangunan fisik umat spanyol telah membuat
bangunan-bangunan fasilitas, seperti perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak,
gedung pertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda air, dam, dll.
Orang-orang arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air,
waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik
itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wel) asal persia yang
dinamakan na’uroh. Di samping itu, orang-orang islam juga memperkenalkan
pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman.[13]
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Abdurrahman Ad-Dakhil adalah seorang
pemimpin yang sangat kuat, santun, berani, dan cerdas, yang menjadi pelopor
tegaknya peradaban Islam di Andaluisa. Beliau lahir di Damaskus pada tahun 113
H/729 M. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul
Malik bin Marwan. Selama 34 tahun memimpin Spanyol, beliau meninggal dunia di
Cordova dan di makamkan di sana pada Jumadil ula 172 H (Oktober 788 M).
Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Abdurrahman Ad-Dakhil menuju Andalusia adalah mengutus budaknya yang bernama
Badr ke Andalusia untuk mempelajari situasi dan mengetahui kekuatan-kekuatan
yang mempengaruhi kekuasaan disana, mengirimkan surat kepada semua pecinta
Daulah Umayyah di bumi Andalusia setelah ia mengetahui dari budaknya yang bernama
Badr tentang siapa mereka, mengirim surat kepada semua orang Umawiyyun di
Andalusia dan memaparkan idenya kepada mereka, dan bahwa ia bermaksud memasuki
Andalusia serta meminta dukungan dan bantuan mereka.
Ketika kondisi Andalusia telah
kondusif, Abdurrahman Ad-Dakhil mulai memperhatikan urusan dalam negerinya. Hal-hal
yang dilakukannya adalah mulai membangun sebuah pasukan militer yang kuat,
perhatian terhadap ilmu dan sisi keagamaan yang sangat tinggi, perhatian yang
besar terhadap sisi peradaban (fisik-materil), melindungi perbatasan-perbatasan
negaranya dari musuh-musuhnya. Sedangkan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
adalah filsafat, sains, bahasa sastra dan musik.
[1] Dedi
Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: CV Pustaka Setia.
2008), hlm. 103
[2] Muhammad
Mojlum Khan. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah. ( Jakarta:
Noura Books. 2012), hlm. 249
[3] Dedi
Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam..., hlm. 115
[4] Raghib
As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Peradaban Islam
Di Spanyol. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2013), hlm. 155
[5] Muhammad
Mojlum Khan. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah..., hlm.
252
[6] Raghib
As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan ...., hlm.
157-158
[7] Raghib
As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan ...., hlm.
161
[8] Raghib
As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan ..., hlm. 164
[9] Muhammad
Mojlum Khan. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah..., hlm. 253
[10] Dedi
Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam..., hlm. 115
Tidak ada komentar:
Posting Komentar