Kamis, 09 Maret 2017

SPI_KEMAJUAN-KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI MASA ABDURRAHMAN AD-DAKHIL DI SPANYOL


KEMAJUAN-KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI MASA ABDURRAHMAN AD-DAKHIL DI SPANYOL

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Mat Sholihin, M.Ag

logo uin.jpg

Disusun Oleh:
Abdullah Haidar               (133211078)
Fita wahyu rosyidah          (1403026070)


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015


I.             PENDAHULUAN
Hampir semua sejarawan membagi Dinasti Umayyah menjadi dua, yaitu Dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Dan Dinasti Umayyah di Andalusia (Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di bawah pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid Ibn Abd Al-malik; kemudian diubah menjadi kerajaan yang terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas setelah berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah di Damaskus.[1]
Dinasti Umayyah yang didirikan Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 661 adalah salah satu imperium terkuat yang pernah menguasai dunia Islam. Dari empat belas penguasa Dinasti Umayyah yang memerintah dari tahun 661 sampai 750, pemerintahan Muawiyah, Abdul Malik bin Marwan, Umar bin Abdul Aziz, Al-Walid !, dan Hisyam adalah paling sukses. Penguasa laninnya seperti Yazid I, Al-Walid III, dan Marwan III terbukti tidak kompeten dan merupakan penguasa-penguasa tiran yang kesulitan memelihara perdamaian dan stabilitas dalam negara Islam. Makalah ini akan menjelaskan kisah tentang Abdurrahman Ad-Dakhil Dinasti Umayyah kedua dan kemajuan peradaban Islam di Spanyol.
II.          RUMUSAN MASALAH
A.           Bagaimana biografi Abdurrahman Ad-Dakhil?
B.            Bagaimana perjalanan Abdurrahman As-Dakhil menuju Andalusia?
C.            Apa saja kebijakan dan kemajuan peradaban Islam pada masa Abdurrahman Ad-Dakhil di Spanyol?
III.      PEMBAHASAN
A.    Biografi Abdurrahman Ad-Dkhil
Abdurrahman Ad-Dakhil adalah seorang pemimpin yang sangat kuat, santun, berani, dan cerdas, yang menjadi pelopor tegaknya peradaban Islam di Andaluisa. Beliau lahir di Damaskus pada tahun 113 H/729 M. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Beliau adalah pangeran bani Umayyah yang dianggap sebagai salah satu penguasa paling sukses di dunia Islam dan Eropa, Abdurrahmna yang berjuluk “al-Dakhil” (Sang Imigran) yang mengubah Islam Spanyol di Andalusia menjadi salah satu pusat budaya dan peradaban paling makmur di Eropa pada Abad Pertengahan.[2] Ia diberi gelar Ad-Dakhil karena ia adalah pangeran Dinasti Umayah pertama yang menginjakkan kakinya di Andalusia pada tahun 132 H/750 M.[3]
Abdurrahman dibesarkan dan dididik di dalam lingkungan istana kerajaan di Damaskus, beliau mendapatkan asuhan istimewa, dikelilingi kekayaan dan kemewahan melimpah. Sebagai salah satu cucu kesayangan Khalifah, Abdurrahman dianggap sebagai anak yang sangat cerdas. Khalifah Hisyam memperkirakan cucunya itu nanti akan mengembilkan kejayaan Umayyah setelah keruntuhan mereka. Oleh karena itu, Khalifah mendororng putranya, Muawiyah, untuk mengasuh cucunya dengan baik.
Ketika abdurrahman memasuki masa mudanya, Kaum Abbasiyah pun memberontak terhadap pihak Umawiyah. Mereka membunuh semua orang yang telah baligh dari kalangan keluarga bani Umawiyah, tapi tidak membunuh kaum wanita dan anak-anak, ini terjadi pada tahun 132 H.[4]
Abdurrahman melarikan diri bersama saudaranya, Hisyam yang berusia tiga belas tahun, menuju Sungai Eufrat. Tetapi di tepian Sungai Eufrat, keduanya berhasil terkejar oleh pasukan Bani Abbasiyah. Keduanya pun menceburkan diri ke sungai dan mulai berenang. Dari kejahuan, pasukan Abbasiyah berteriak, “Kembalilah kalian berdua. Kalian akan mendapatkan jaminan keamanan”, mereka bersumpah untuk itu, tapi keduanya bertekad untuk sampai ke tepian sungai yang di seberang. Hanya saja Hisyam tidak sanggup lagi berenang sehingga ia memutuskan untuk memenuhi panggilan pasukan Abbasiyah itu dan menerima jaminan keamanan mereka. Ia pun bermaksud untuk kembali, tapi Abdurrahman terus mendorong dan memotivasinya untuk berenang, “Jangan kembali, Saudaraku, karena mereka pasti akan membunuhmu”. Hisyam menjawab, “Mereka telah memberikan jaminan keamanan.” Ia tetap memilih untuk kembali kepada pasukan Abbasiyah. Tapi begitu pasukan Abbasiyah memegangnya, mereka langsung membunuhnya di depan mata saudaranya.
Abdurrahman seseorang yang berperawakan tinggi, ramping, kuat dan tekun, ia memerlukan waktu lima tahun dari satu tempat ke tempat lainnya sebelum akhirnya mencapai Maghrib (Maroko), kampung halaman leluhur ibunya yang berasal dari suku Barbar.[5] Ia bermaksud melarikan diri menemui keluarga ibunya disana. Ia melalui sebuah kisah pelarian diri yang panjang dan menakjubkan, di mana ia melintasi Syam, Mesir, Libya, dan Qoiruwan.
Pada masa itu, Qoiruwan dipimpin oleh Abdurrahman bin Habib Al-Fihri. Ia adalah keturunan dari Uqbah bin Nafi’, penakluk Maghrib pertama. Ia juga sepupu dari Yusuf Al-Fihri yang memimpin Andalusia. Karena kedatangan Abdurrahman bin Muawiyah di Qoiruwan maka menjadikan rasa takut dan terusik ke dalam pikiran penguasa Maghrib sebagaimana juga pada pikiran penguasa Andalusia. Karena orang Umawy yang paling berhak untuk memimpin negara tersebut, karena ini adalah warisan dari para leluhurnya, para khalifah yang besar.[6]
Abdurrahman Ad-Dakhil hidup selama 59 tahun. Sembilan belas tahun di antaranya ia lalui di Damaskus dan Irak sebelum kejatuhan Daulah Umawiyyun, enam tahun dalam pelarian menghindari Bani Abbasiyah dan perencanaan memasuki Andalusia, lalu 34 tahun memegang kekuasaan dan kepemimpinan di negeri Andalusia. Beliau meninggal dunia di Cordova dan di makamkan di sana pada Jumadil ula 172 H (Oktober 788 M).

B.     Perjalanan Abdurrahman Ad-Dakhil Menuju Andalusia
Pada tahun 136 H (755M), Abdurrahman Ad-Dakhil mulai menyiapkan perbekalannya untuk memasuki Andalusia. Ia memilih Andalusia karena, pertama: tempat yang jauh dari orang-orang Abbasiyah dan Khawarij. Kedua: kondisi di Andalusia sangat bergejolak. Dalam kondisi inilah Abdurrahman dapat memasuki negeri tersebut.[7]
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil menuju Andalusia adalah:
Pertama: mengutus budaknya yang bernama Badr ke Andalusia untuk mempelajari situasi dan mengetahui kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kekuasaan disana.
Kedua: mengirimkan surat kepada semua pecinta Daulah Umayyah di bumi Andalusia setelah ia mengetahui dari budaknya yang bernama Badr tentang siapa mereka.
Ketiga: mengirim surat kepada semua orang Umawiyyun di Andalusia dan memaparkan idenya kepada mereka, dan bahwa ia bermaksud memasuki Andalusia serta meminta dukungan dan bantuan mereka.
Langkah yang paling berpengaruh yang berhasil dijalankan oleh Badr, budak Abdurrahman Ad-Dakhil, adalah ketika ia berhasil menemui para mawali (bekas budak yang berafiliasi kepada pihak yang memerdekakannya) Bani Umayyah di Andalusia dan pemimpin senior mereka, Abu Utsman.
Dengan demikian, Badr telah menunaikan misinya. Ia pun segera mengirim utusan menemui Abdurrahman dan menyampaikan kepadanya, “Sesungguhnya situasi dan kondisi telah siap untuk menyambut kedatangan Anda di sana”.
Begitu Abdurrahman Ad-Dakhil memasuki Andalusia, mulailah ia mengumpulkan para pendukungnya, para pecinta Daulah Umayyah, kabilah barbar dan beberapa kabilah yang menentang Yusuf bin Abdurrahman Al-Fihr. Pada saat yang sama juga sisa-sisa kerabat Bani Umayyah yang melarikan diri ke Andalusia tiba dan bergabung dalam persekutuan yang telah dijalankan bersama orang-orang Yaman, dan pemimpin kabilah Yaman adalah Abu Ash-Shabah Al-Yahshuby, dan pusat perkumpulan mereka di Sevilla.
Sebuah babak baru dimulai dalam sejarah Islam Spanyol, di bawah komando Pangeran Abdurrahman yang bijaksana. Sebelum terjadinya peperangan, Abdurrahman Ad-Dakhil mengirimkan beberapa surat kepada Yusuf bin Abdurrahman Al-Fihri meminta kesediaannya secara baik-baik untuk menyerahkan kepemimpinan, dan Al-Fihri akan diangkatnya sebagai salah seorang pejabat pentingnya di Andalusia. Tapi Yusuf Al-Fihri menolak hal tersebut dan menyiapkan pasukannya untuk memerangi Abdurrahman bin Muawiyah bersama pendukungya.[8]
Setelah merekrut kekuatan militer yang cukup besar, Abdurrahman Ad-Dakhil menggabungkan pasukan Archidona dan Seville, kemudian bergerak menuju ibukota Islam Spanyol, Kordoba, untuk menantang otoritas Gubernur Abbasiyah, Yusuf Al-Fihri. Dua puluh ribu pasukan Abdurrahman berhadapan dengan pasukan Yusuf Al-Fihri di Masara, Sebelah timur Kordoba.[9] Abdurrahman Ad-Dakhil berhasil menyingkirkan Yusuf Al-Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada Dinasti Bani Umayyah. Abdurrahman Ad-Dakhil memproklamasikan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas.[10] Maka pada bulan Dzulhijjah 138 H (Mei 756 M), terjadi pertempuran besar yang dalam sejarah dikenal sebagai Pertempuran Al-Musharah.



C.     Kebijakan-kebijakan dan Kemajuan-kemajuan Pada Masa Abdurrahman Ad-Dakhil di Spanyol
Dalam fase kepemimpinan Abdurrahman Ad-Dakhil yang berlangsung selama 34 tahun, dari tahun 138 H (755 M) hingga tahun 172 H (788 M), menghadapi ancaman sejumlah besar upaya pemberontakan yang jumlahnya lebih dari 25 pemberontakan. Namun ia berhasil membasminya dengan sangat sukses satu demi satu.
Ketika kondisi Andalusia telah kondusif, Abdurrahman Ad-Dakhil mulai memperhatikan urusan dalam negerinya. Hal-hal yang dilakukannya adalah:
Pertama: Mulai membangun sebuah pasukan militer yang kuat.
Dalam membangun pasukannya yang baru, ia melakukan langkah-langkah berikut;
1.      Membentuk pasukan dari unsur-unsur berikut ini:
a.       Ia menngandalkan unsur keturunan, yaitu mereka yang lahir dan tumbuh dari hasil pernikahan antara para prajurit penakluk dengan penduduk asli Andalusia.
b.      Ia juga mengandalkan semua kelompok dan suku yang ada di Andalusia.
c.       Ia juga mengandalkan ras Al-Shaqalibah. Mereka adalah anak-anak orang Kristen yang pernah dibeli oleh Abdurrahman Ad-Dakhil dari Eropa yang kemudian dididik dan dibimbingnya secara Islami dan militeristik yang benar.
2.      Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan beberapa gudang persenjataan, beberapa pabrik pedang dan manjaniq (semacam ketapel raksasa pelontar api). Di antara semua pabrik itu yang paling populer adlah pabrik Toledo dan Bardil.
3.        Beliau juga membangun sebuah armada laut yang kuat, dan beberapa pelabuhan. Di antaranya adalah pelabuhan Tortossa, Almeria, Sevilla, dan Barcelona.
4.        Beliau juga membagi anggaran belanja tahunan negara menjadi tiga bagian; bagian untuk belanja militer, bagian untuk kepentingan umum negeri seperti: pembangunan, gaji, proyek-proyek dan yang lainnya. Dan bagian yang disimpannya sebagai cadangan tidak terduga.
Kedua: Perhatian terhadap ilmu dan sisi keagamaan yang sangat tinggi
Hal-hal yang dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil adalah:
1.        Menyebarkan ilmu dan memuliakan para ulama.
2.        Memperhatikan persoalan peradilan dan hisbah (pengawasan).
3.        Memperhatikan amar makruf nahi mungkar.
4.        Membangun masjid besar Cordova, yang untuk pembangunannya ia mengeluarkan biaya sebanyak 80.000 dinar emas.
Ketiga: Perhatian yang besar terhadap sisi peradaban (fisik-materil)
Hal ini tampak dari sisi-sisi berikut ini:
1.        Membangun dan memperkuat benteng dan jembatan, serta menghubungkan wilayah Andalusia satu dengan yang lainnya.
2.        Mendirikan Ár-Rashafah”, yaitu taman terbesar nan indah di pinggiran Kordoba.
Keempat: Melindungi perbatasan-perbatasan negaranya dari musuh-musuhnya
       Langkah-langkah yang ia lakukan adalah
1.      Ia mengetahui bahwa bahaya yang sebenarnya di dua negara; Leon di barat daya dan Perancis di barat laut. Ia membangun dan mengatur benteng-benteng. Benteng tersebut adalah:
·           Benteng yang tertinggi, yaitu ben
·           teng Zaragosa di arah barat laut untung menghadapi Perancis.
·           Benteng pertengahan, dimulai dari kota Salim dan memanjang hingga Toleda.
·           Benteng yang terbawah, yaitu di barat daya untuk menghadapi kerajaan Leon.
2.      Ia telah mempelajari sebuah adat yang agung dari ayah dan kakek-kakeknya; yaitu adat jihad yang berkelanjutan dan secara teratur setiap tahun. Untuk itu ia mempergilirkan para komandan besar pasukannya, dengan maksud memberikan ketakutan kepada musuh. Dalam ilmu militer disebut “serangan penekan”.[11]
Kemajuan yang diraih Islam Spanyol dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah:
1.      Filsafat
      Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni selama pemerintahan Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman. Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakri Muhammad Ibn As-Sayiqh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah sebagaimana Al-Farabi dan Ibn Sina. Filosof selanjutnya adalah Abu Bakar Ibn Thufail.
2.      Sains
      Spanyol islam banyak melahirkan tokoh dalam ranah sains. Dalam bidang matematika, pakar yang sangat terkenal adalah Ibn Sina, sedangkan dalam bidang fisika dikenal seorang tokoh Ar-Rozi, dialah yang meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayyul, dia jugalah yang menemukan rumusan klasifikasi binatang dan tumbuhan.
3.      Bahasa Sastra dan Musik
      Bahasa arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah mendorong lahirnya minat yang besar masyarakat spanyol. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa ini menjadi resmi, bahasa pengantar, bahasa ilmu pngetahuan dan administrasi.
      Berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah para tokoh atau pakar dalam bidang bahasa dan sastra, seperti Al-Qali dengan karyanya Al-kitab Al-Bari fi Al-Luqoh, dalam bidang seni, indikasi kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di Cordova oleh Zaryab.
4.      Sejarah dan Geografi
      Dalam bidang sejarah dan geografi, spanyol islam khususnya wilayah islam bagian barat telah banyak melahirkan penulis terkenal seperti Ibn Zubair dari Valancia, yang telah menulis sejarah tentang negeri-negeri muslim mediterania serta sisilia. Ibn Al-Khatib telah menyusun sejarah tentang granada, Ibn Kholdun dari tunis adalah seorang perumus filsafat sejarah. Para sejarawan tersebut semula bertempat tinggal di spanyol dan kemudian pindah ke afrika.
5.      Fiqh
      Umat islam spanyol dikenal sebagai penganut madzhab maliki. Madzhab ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abdurrahman yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibnu Yahya yang menjadi Qodhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Fuqoha’ lain yang terkenal pada masa itu, antara lain Abu Baki, Ibn Al-Qutiyah, Mundzir, Ibn Said Al-Batuti dan Ibn Hazin.[12]
6.      Kemajuan pembangunan fisik
      Kemajuan pesat pada bidang intelektual tidak melainkan para penguasa spanyol islam untuk memperhatikan pembangunan fisik. Dalam bidang pembangunan fisik umat spanyol telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda air, dam, dll. Orang-orang arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi.  Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wel) asal persia yang dinamakan na’uroh. Di samping itu, orang-orang islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman.[13]
IV.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Abdurrahman Ad-Dakhil adalah seorang pemimpin yang sangat kuat, santun, berani, dan cerdas, yang menjadi pelopor tegaknya peradaban Islam di Andaluisa. Beliau lahir di Damaskus pada tahun 113 H/729 M. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Selama 34 tahun memimpin Spanyol, beliau meninggal dunia di Cordova dan di makamkan di sana pada Jumadil ula 172 H (Oktober 788 M).
            Langkah-langkah yang dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil menuju Andalusia adalah mengutus budaknya yang bernama Badr ke Andalusia untuk mempelajari situasi dan mengetahui kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kekuasaan disana, mengirimkan surat kepada semua pecinta Daulah Umayyah di bumi Andalusia setelah ia mengetahui dari budaknya yang bernama Badr tentang siapa mereka, mengirim surat kepada semua orang Umawiyyun di Andalusia dan memaparkan idenya kepada mereka, dan bahwa ia bermaksud memasuki Andalusia serta meminta dukungan dan bantuan mereka.
            Ketika kondisi Andalusia telah kondusif, Abdurrahman Ad-Dakhil mulai memperhatikan urusan dalam negerinya. Hal-hal yang dilakukannya adalah mulai membangun sebuah pasukan militer yang kuat, perhatian terhadap ilmu dan sisi keagamaan yang sangat tinggi, perhatian yang besar terhadap sisi peradaban (fisik-materil), melindungi perbatasan-perbatasan negaranya dari musuh-musuhnya. Sedangkan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan adalah filsafat, sains, bahasa sastra dan musik.




                       


[1] Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: CV Pustaka Setia. 2008),  hlm. 103
[2] Muhammad Mojlum Khan. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah. ( Jakarta: Noura Books. 2012), hlm. 249
[3] Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam..., hlm. 115
[4] Raghib As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Peradaban Islam Di Spanyol. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2013),  hlm. 155
[5] Muhammad Mojlum Khan. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah..., hlm. 252
[6] Raghib As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan ...., hlm. 157-158
[7] Raghib As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan ...., hlm. 161
[8] Raghib As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan ..., hlm. 164
[9] Muhammad Mojlum Khan. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah...,  hlm. 253
[10] Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam..., hlm. 115
                [11].  Raghib As-Sirjani. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan ..., hlm. 179-182
                [12].  Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam..., hlm. 120-122
                [13]. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 104

Tidak ada komentar:

Posting Komentar