MUHAMMAD ABDUH
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata kuliah :
Tauhid
Dosen pengampu
: Drs. H Syamsudin
Yahya
Disusun oleh :
M.Alfiani kurniawan (1403026071)
Fita Wahyu Rosyidah (1403026070)
Aizzatin Habibah (1403026069)
Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
Tahun 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT,atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya,memohon ampun dan perlindungan pada-Nya dari
keburukan diri dan kejahatanamal.
Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW. Keluarga, Sahabat, thabi’in, dan kita semua sebagai umat yang taat dan patut pada ajarannya.
Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW. Keluarga, Sahabat, thabi’in, dan kita semua sebagai umat yang taat dan patut pada ajarannya.
Ucapan syukur atas segala nikmat yang
Allah berikan kepada tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Teori Ayat Makkiyah dan Madaniyah”. Dengan harapan dapat memenuhi
tugas dan dapat bermanfaat kepada para pembaca. Amin.
Semarang, 28 September
2014
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Teologi merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta, terutama
hubungannya dengan manusia. Perbedaan pandangan mengenai teologi menurut banyak
aliran dikarenakan banyaknya pandangan-pandangan tentang iman dan kufur,
tentang perbuatan tuhan dan manusia, tentang akal dan wahyu. Pemikiran teologi
modern salah satunya adalah rasional. Rasional ini bermaksud tidak hanya
mengandalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah tetapi juga mengandalkan akal fikiran yang
rasional. Karena dengan akal, manusia dapat mengetahui kewajiban-kewajiban yang
harus di laksanakan. Dengan berfikir
secara rasional maka manusia tidak akan taklid., Karena taklid adalah salah
satu penyebab kemunduran islam pada abad 19 dan 20. Tokoh islam yang pemikiran
rasionalnya sangat terkenal adalah Muhammad Abduh. Syaikh Muhammad Abduh adaah
seorang mujahid dan mujaddid yang terkenal. Hal itu dapat dilihat dari
pandangan-pandangannya yang berpengaruh besar terhadap umat islam. Diantara
pandangannya adalah mengenai islam (ibadah dan mu’amalah), akal dan peradaban. Beliau
adalah seorng tokoh salaf, tetapi tidak menghambakan diri pada teks-teks agama,
melainkan juga menggunakan akalfikiran yang
rasional. Ia telah banyak membuat karya-karya, yang salah satunya adalah
risalah at-tauhid. Risalah at-tauhid adalah karyanya yang paling besar yang
membahas tentang konsep teologi islam.
Lewat karyanya tersebut,beliau
menjelaskan dan memaparkan pemikiran-pemikiran pembaharuannya seputar dunia
islam.Sebab dunia islam pada saat itu dan bahkan sampai sekarang mengalami
kemunduran yang signifikan,setelah kejayaannya pada masa Daulah Abasiyah.Yang
disebabkan beberapa faktor. Diantaranya;
1.
Erosi nilai-nilai islam dan tidak
pedulinya pemerintah untuk
menerapkan etika dalam islam.
2.
Sikap diam dan kerja sama ulama dengan
pemerintah yang pada dasarnya tidak dengan cara islami.
3.
Korupsi dan sikap zhalim para
penguasa dan keluarganya.
Kesadaran terhadap
kenyataan tersebut, mendorong
Muhammad Abduh untuk
menghidupkan kembali semangat asa
kaum muslimin dalam memperoleh
kejayaannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah riwayat hidup
Muhammad Abduh?
2.
Apa sajakah karya-karya yang diciptakan
oleh Muhammad Abduh?
3.
Bagaimanakah sitematis teologi
Muhammad Abduh?
4.
Bagaimanakah peranan akal dalam sistem teologi
Muhammad Abduh?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui siapakah sosok
Muhammad Abduh sebenarnanya.
2.
Memahami sistem teologi Muhammad
Abduh dan seberapa pentingnya peranan akal dalam sistem teologinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup Muhammad Abduh
Syaikh Muhammad
Abduh (Mesir, 1265-1323/1849-1905 M) adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaharu
dalam Islam di Mesir. Ayahandanya Abduh Hasan Khairullah, berasal dari Turki
yang telah lama bertempat tinggal di Mesir. Sedangkan ibunya bernama junainah,
berasal dari suku Arab asli yang masih bersilsilah sampai kepada Sayyidina umar
bin Khattab. Dia lahir pada masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya.
Abduh mengawali
pendidikannya dengan berguru kepada ayahnya sendiri di rumah. Pelajaran pertama
yang diperolehnya adalah membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an. Hanya dalam
jangka waktu dua tahun seluruh Al-Qur’an telah dihafalnya. Kemudian, pada usia
14 tahun dia dikirim ayahnya ke Tanta untuk belajar di Masjid Al-Ahmadi
(al-Jami’ al-Ahmadi). Di sini, di samping melancarkan hafalan Al-Qur’annya, dia
juga belajar bahasa Arab dan fiqih. Setelah belajar dua tahun, Abduh merasa
bosan karena sistem pengajarannya memakai metode hafalan. Dengan rasa kecewa
Abduh kembali ke Mahallat Nasr.
Pada 1282
H/1866 m Abduh memasuki hidup berumah tangga. Sekitar 40 hari setelah menikah,
Abduh dipaksa ayahnya kembali ke Tanta untuk melanjutkan pelajarannya. Dalam
perjalanannya ke Tanta, Abduh mengubah haluan menuju desa Kanisah untuk bertemu
dengan pamannya, Syaikh darwisy Khadr.
Kemudian dia
melanjutkan pelajarannya di Masjid Al-Ahmadi dan pada 1866 dia resmi masuk di
Al-Azhar. Dia belajar ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di Al-Azhar,
seperti filsafat, logika, dan matematika kepada Syaikh Hasan At-Tawil.
Abduh dan
kawan-kawannya berkesempatan berdialog dngan tokoh pembaru, bernama Jamaluddin Al-Afghani
(1870). Melalui jamaluddin, Abduh mendalami pengetahuan tentang filsafat,
matematika, teologi, politik, dan jurnalistik. Bidang pengetahuan yang menarik
perhatian Abduh ialah teologi, terutama teologi Mu’tazilah. Buku yang
dipelajarinya adalah Syarh at-Taftazani ‘Ala al-‘Aqa’id an-Nasafiyah
(Penjelasan Taftazani tentang kepercayaan Aliran Nasafiyah).
Meskipun tujuan
Jamaluddin al-Afghani dan Syaikh Muhammad Abduh sama, yaitu pembaruan
masyarakat islam, namun cara untuk mencapai tujuan itu berbeda.Kalau yang
pertama (Jamaluddin) menghendaki jalan revolusi, maka yang kedua (Abduh)
memandang bahwa revolusi dalam lapangan politik tidak aka nada artinya, sebelum
ada perubahan mental secara berangsur-angsur.
Pemberontakan
Urabi Pasya di mesir telah mangakhiri kegiatan Syaikh Muhammad Abduh karena
pada akhir 1882 M dia diusir dari Mesir (di-externir). Karena itu dia
pertama-tama pergi ke Beirut, kemudian pada awal 1884 pergi ke Prancis dan di
sana ia nertemu lagi dengan jamaluddin Al-Afghani. Kedua tokoh ini kemudian
mendirikan suatu perhimpunan yang kuat dan menerbitkan majalah bulanan dengan
nama al-urwah al-Wutsqa. Tujuan perhimpunan ini adalah meembersihkan Mesir dari
penduduk Eropa, terutama imperialis inggris.
B.
Karya-karya Muhammad Abduh
Syaikh Muhammad Abduh meninggalkan beberapa karyanya, antara lain:
a.
Risalah al-Tauhid
Muhammad Abduh
mengajar pada perguruan As Sulthaniyah pada 1885 sekitar setahun lamanya,
mengajarkan ilmu Tauhid, Fiqih, dan Sejarah Islam. Hasil pelajaran tersebut,
kemudian dibukukan dan menjadi bahan pelajaran di Sekolah Menengah Al-Azhar,
ketika dia telah diizinkan pulang ke Mesir. Jadi Risalah al Tauhid adalah karya
hasil pengalaman mengajar ketika di Syiria.
b.
Al-Islam Wan-Nashraniyah Ma’al-Ilmi Wal-Madaniyah
Ditulis tahun
1902, buku ini memperbandingkan antara pandangan Islam dan Kristen tentang
ilmu, peradaban, watak kedua agama itu dan keadaan Islam waktu itu, penyakit
yang melanda umat Islam dan bagaimana terapinya. Pada bab penutup dikupas
pemikiran filosof Ibnu Rusydi dan terakhir berisi tentang kesan dan tanggapan
terhadap buku tersebut baik dari kalangan islam maupun Kristen.
c.
Syarah kitab Al-Basyair al-Nashiriyah karangan Syaikh Al-Qadhi
Zainuddin, tahun 1898.
d.
Tafsir Al-Manar
Tafsir ini
mula-mula merupakan bahan kuliah di Al-Azhar mulai tahun 1899. Muridnya yang
setiaSayid Rasyid Ridha menulisnya kembali dengan rapi. Setelah diteliti dan
disetujui oleh Abduh,lalu disiarkan melalui majalah Al-Manar. Kuliah tafsir
ini, baru sampai surat An-Nisa’ ayat 125, karena beliau meninggal dunia tahun
1905. Selanjutnya tafsir Al-Manar diteruskan oleh Sayid Rasyid Ridha, sampai
selesai.
e.
Ide pemikirannya bersama-sama dengan gurunya, Sayid Jamaluddin Al-Afghani,
ditulis dimajalah Al-‘Urwah Al-Wutsqo, untuk menyadarkan dan mempersatukan
pikiran umum di seluruh negeri Muslim.
f.
Ar-Raddu ‘Ala al-Dahriyyin tahun 1886, berisi penolakan
pemikiran-pemikiran yang materialis, terjemahan buku yang berbahasa Persia,
karangan Sayid Jamaluddin Al-Afghani sendiri.
g.
Syahrul-Balaghah, tahun 1885
h.
Syarah Maqamat Badi’izzaman Al-Hamadani, tahun 1889
i.
Menerjemahkan karangan Herbert Spencer, filosuf Inggris, ke dalam
bahasa Prancis, berjudul L’Education (Nasution: 62-74; Adam: 48-49)
j.
Durus Min Al-Qur’an (berbagai pelajaran dari Al-Qur’an)
k.
Hasyiyah ‘Ala Syarhid-Dawwani al-‘Aqaid al-Adudiyah (komentar terhadap
penjelasan Ad-Dawwani tentang Akidah –akidah yang meleset)
l.
Tafsir Al-Qur’an al Karim Juz ‘Amma.
C.
Sistem teologi Muhammad Abduh
Teologi dalam arti sederhana membahas soal soal yang berkaitan
dengan diri Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta,terutama hubungan-Nya
dengan manusia. Dalam pendapat muhmmad abduh, jalan yang di pakai untuk
mengetahui tuhan, sebagai telah di jelaskan dalam falsafah wujudnya, bukanya
wahyu saja tetapi juga akal. Akal,dengan kekuatan yang ada dalam dirinya,
berusaha memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan wahyu. Konsep teologi ini
dapat digambarkan sebagai Tuhan berada di puncak alam wujud dan manusia di
dasarnya.
Jalan untuk memperoleh pengetahuan menurut Muhammad Abduh memang
dua, akal dan wahyu. Wahyu ia artikan “pengetahuan” (عرفان)
yang diperoleh seseorang dalam dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa itu
berasal dari Allah, baik dengan perantara maupun tidak. Di dalam Risalah, ia
menjelaskan bahwa Allah memilih manusia tertentu, yang jiwanya mencapai puncak
kesempurnaan, sehingga mereka dapat menerima pancaran ilmu yang disinarkan-Nya.
Di tempat lain, ia menyebut lagi bahwa ada jiwa-jiwa manusia yang begitu suci
sehingga dapat menerima limpahan cahaya Tuhan (الفيض الالهي),
dapat mencapai ufuk tertinggi dan dapat mengetahui hal-hal yang bersangkutan
dengan Tuhan. Dari
sistem teologinya tersebut melahirkan banyak pandangan,antara lain:
a.
serangan terhadap taklid
Taklid menurut pendapatnya adalah salah satu sebab penting yang
membawa kemunduran umat islam abat kesembilanbelas dan duapuluh. Ia mengeritk
ulama yang mengajarkan bahwa islam zaman belakangan wajib mengikuti
hasil ijtihat ulama-ulama terdahulu, sehingga akal tidak berfungsi lagi
dikalangan umat islam. Taklid mengakibatkan perkembangan dalam bahasa,
organisasi sosial , hukum, lembaga-lembaga pendidikan dan lain lain menjadi
terhambat. Ia juga menolak kebiasaan menggunakn hadits sebagai sumber rukun
iman, sesengguhnya hadits itu lemah dan tak terkenal. Ia berpendapat bahwa
ajaran islam sendiri menentang taklid. Ia sering membicaran hal ini dalam Risalah
At-Tauhid. Sikap mengikuti penapat ulama silam oleh ajaran islam dicap
sebagai bodoh. Ia mengatakan bahwa ajaran islam sebenarnya menghancukan
penguasaan taklid atas jiwa manusia. Ia mengatakan kebiasaan memakai akal dalm
menghadapi problem-problem yang mereka hadapi, maka pembaharuan akan berjalan
dengan baik didunia islam.
b.
perbedaan manusia dari segi akal
Karena
pentingnya akal dalam pendapat Abduh .perbedaan antar manusia baginya bukan
lagi terletak pada takwa tetapi juga pada akal. Dan yang mendekatkan manusia
kepada tuhan hanyalah kesucian akal dan keraguan.
D.
Kekuatan Akal dalm Sistem Teologinya
Muhammad Abduh berpendapat bahwa ada soal-soal keagamaan, seperti
adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya mengirim rasul tidak dapat diyakini, kecuali
melalui pertolongan akal. Pengiriman rasul, dengan demikian, diperlukan bukan
untuk mengetahui adanya Tuhan, tetapi untuk mengetahui sifat-sifat-Nya. Tidak
dapat dielakkan bahwa akal dengan sendirinya dapat sampai kepada keyakinan
tentang adanya Tuhan.
Disamping adanya Tuhan, akal juga dapat mengetahui sifat-sifat
Tuhan, sungguh pun tidak seluruhnya. Harus qadim, tidak mempunyai permulaan
dalam wujudnya. Kalau tidak, ia mesti diciptakan dan oleh karenanya berhajat
pada pencipta. Ia juga mesti baqi, tidak mempunyai kesudahan dalam wujud, dalam
arti Ia tidak bisa menjadi tiada, karena ini berarti peniadaan esensi-Nya sedang
esensi-Nya adalah wujudnya. Ia juga harus tidak tersusun, karena kalau Ia
mempunyai bagian-bagian, wujud-Nya harus didahului oleh wujud
bahagian-bahagian-Nya. Dan hayat merupakan sifat kesempurnaan dan oleh karena
itu Tuhan harus hidup, sungguhpun hayat-Nya berbeda dengan hayat yang mungkin
ada.
Ia harus pula mempunyai sifat ilmu, karena ilmu adalah juga sifat
kesempurnaan. Ia juga harus mempunyai kekuasaan, qudrah, karena yang
menciptakan sesuai dengan ilmu dan kemauan-Nya, harus mempunyai kekuasaan. Karena
Allah mempunyai kemauan dan kekuasaan, Ia harus pula mempunyai kebebasan
memilih (ikhtiyar), karena arti ikhtiyar ialah melaksanakan kekuasaan sesuai
dengan pengetahuan dan kemauan. Ia adalah pencipta bebas. Karena Allah adalah
yang tersempurna dari semua maujudat yang lain, Allah harus pula Esa dan unik,
karena kalau Yang mesti Ada Pada Esensi-Nya banyak, masing-masing harus berbeda
dari yang lain. Akal, dalam pendapat Muhammad Abduh, juga dapat mengetahui
keadaan hidup manusia di alam gaib.
Tegas Muhammad Abduh akal dalam pendapatnya dapat:
1.
Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya;
2.
Mengetahui adanya hidup di akhirat;
3.
Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada
mengenal Tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaraannya bergantung pada tidak
mengenal Tuhan dan pada perbuatan jahat;
4.
Mengetahaui wajibnya manusia mengenal Tuhan;
5.
Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik wajibnya ia menjauhi
perbuatan jahat untuk kebahagiaanya di akhirat;
6.
Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.
Aqal,
memurut Muhammad Abduh dapat mengetahui dua hal pokok yang digariskan dalam
agama,yaitu;kewajiban dalam mengetahui tuhan dan kewajiban melaksanakan
perintah kebaikan,serta meninggalkan larangan-larangan yang dipandang
buruk.Pembahasan masalah aqal dalam menelisik kedua masalah pokok yang terdapat
dalam agama,ketuhanan,serta perbuatan baik dan buruk,sesungguhnya telah
dilakukan oleh aliran-aliran teologi dalam masa keemasan islam.Yang mulanya
hanya dua masalah pokok,secara terstruktur memecah menjadi empat masalah pokok.
Yaitu;
1. Mengetahui Tuhan.
2. Mengetahui
kewajiban berterima kasih kepada Tuhan.
3. Mengetahui
kebaikan dan kejahatan.
4. Mengetahui kewajiban berbuat baik dan
kewajiban menjauhi perbuatan jahat.
Sesungguhnya,antara kelompok Muhammad Abduh
dan kelompok muktazilah terdapat
pemikiran sepaham tentang dasar masalah teologi.Yaitu sama-sama berpendapat bahwa
wahyu itu tidak berfungsi,dan bahwa aqal adalah sumber,sekaligus kekuatan tertinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian pembahasan
tersebat, dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar teologi Muhammad Abduh,yang
menjadi salah satu andalan beliau untuk menyelamatkan kaum muslimin dari
kemunduran moral dan ketuhanan,itu terdapat persamaan dengan dasar teologinya
orang-orang muktazilah.Yang intinya sama-sama memberi predikat tertinggi untuk
akal,dalam masalah ketuhanan dan sama-sama berargument bahwa wahyu tidak
mempunyai fungsi secara mutlaq dalam keempat masalah pokok keagamaan yang telah
dipersoalkan oleh masing-masing kalangan.
B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata baik dan sempurna,dan mungkin masih
banyak kesalahan yang terjadi tanpa disengaja dalam penyajian materi tentang
muhammad abduh. Sehingga jika kesalahan tersebut memang
benar-benar ada dalam makalah ini,maka penulis mohon saran dan kritik dari
pembaca-pembaca yang budiman dan dosen pembimbing,supaya bisa lebih baik lagi. Juga dengan
harapan agar bermanfaat bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca yang senantiasa diridhai oleh allah.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh,Muhammad.1956. Risalah at-Tauhid. Cairo:Maktabah
an-Nahdhah
Aziz, Ahmad
Amir. 2009. Pembaruan Teologi Perspektif, Modernisme Muhammad Abduh dan
Neo-Modernisme Fazlur Rahman. Jakarta: Penerbit Teras
Nasution,Harun.1987.Muhammad
Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
Nasir, A.
Sahilun. 2010. Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wibowo, Andre.
2013. Makalah-Pemikiran-Teologi-Ulama-Modern. http://pp-pengen-pintar.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar