Senin, 06 Maret 2017

Tauhid_Muhammad Abduh



MUHAMMAD ABDUH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Tauhid
Dosen pengampu : Drs. H Syamsudin Yahya
Disusun oleh :
M.Alfiani kurniawan               (1403026071)
Fita Wahyu Rosyidah             (1403026070)
Aizzatin Habibah                    (1403026069)

Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
Tahun 2014
KATA PENGANTAR

         Segala puji dan syukur kepada Allah SWT,atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,memohon ampun dan perlindungan pada-Nya dari keburukan diri dan kejahatanamal.

         Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW. Keluarga, Sahabat, thabi’in, dan kita semua sebagai umat yang taat dan patut pada ajarannya.
        Ucapan syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Teori Ayat Makkiyah dan Madaniyah”. Dengan harapan dapat memenuhi tugas dan dapat bermanfaat kepada para pembaca. Amin.
Semarang, 28 September 2014



Penulis




BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
        Teologi merupakan sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta, terutama hubungannya dengan manusia. Perbedaan pandangan mengenai teologi menurut banyak aliran dikarenakan banyaknya pandangan-pandangan tentang iman dan kufur, tentang perbuatan tuhan dan manusia, tentang akal dan wahyu. Pemikiran teologi modern salah satunya adalah rasional. Rasional ini bermaksud tidak hanya mengandalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah tetapi juga mengandalkan akal fikiran yang rasional. Karena dengan akal, manusia dapat mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus di laksanakan.  Dengan berfikir secara rasional maka manusia tidak akan taklid., Karena taklid adalah salah satu penyebab kemunduran islam pada abad 19 dan 20. Tokoh islam yang pemikiran rasionalnya sangat terkenal adalah Muhammad Abduh. Syaikh Muhammad Abduh adaah seorang mujahid dan mujaddid yang terkenal. Hal itu dapat dilihat dari pandangan-pandangannya yang berpengaruh besar terhadap umat islam. Diantara pandangannya adalah mengenai islam (ibadah dan mu’amalah), akal dan peradaban. Beliau adalah seorng tokoh salaf, tetapi tidak menghambakan diri pada teks-teks agama, melainkan juga menggunakan akalfikiran yang rasional. Ia telah banyak membuat karya-karya, yang salah satunya adalah risalah at-tauhid. Risalah at-tauhid adalah karyanya yang paling besar yang membahas tentang konsep teologi islam.
         Lewat karyanya tersebut,beliau menjelaskan dan memaparkan pemikiran-pemikiran pembaharuannya seputar dunia islam.Sebab dunia islam pada saat itu dan bahkan sampai sekarang mengalami kemunduran yang signifikan,setelah kejayaannya pada masa Daulah Abasiyah.Yang disebabkan beberapa faktor. Diantaranya;
1.       Erosi nilai-nilai islam dan  tidak  pedulinya pemerintah untuk  menerapkan etika dalam islam.
2.       Sikap diam dan kerja sama ulama dengan pemerintah yang pada dasarnya tidak dengan cara islami.
3.      Korupsi dan sikap zhalim para penguasa dan keluarganya.

          Kesadaran  terhadap  kenyataan  tersebut,  mendorong  Muhammad  Abduh  untuk    menghidupkan  kembali semangat asa kaum  muslimin dalam  memperoleh  kejayaannya.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah riwayat hidup Muhammad Abduh?
2.      Apa sajakah  karya-karya yang diciptakan oleh Muhammad Abduh? 
3.       Bagaimanakah sitematis teologi Muhammad Abduh?
4.      Bagaimanakah peranan akal dalam sistem teologi Muhammad Abduh?  

C.    Tujuan 
1.       Mengetahui siapakah sosok Muhammad Abduh sebenarnanya.
2.      Memahami sistem teologi Muhammad Abduh dan seberapa pentingnya peranan akal dalam sistem teologinya.          



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Riwayat Hidup Muhammad Abduh
Syaikh Muhammad Abduh (Mesir, 1265-1323/1849-1905 M) adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaharu dalam Islam di Mesir. Ayahandanya Abduh Hasan Khairullah, berasal dari Turki yang telah lama bertempat tinggal di Mesir. Sedangkan ibunya bernama junainah, berasal dari suku Arab asli yang masih bersilsilah sampai kepada Sayyidina umar bin Khattab. Dia lahir pada masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya.
Abduh mengawali pendidikannya dengan berguru kepada ayahnya sendiri di rumah. Pelajaran pertama yang diperolehnya adalah membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an. Hanya dalam jangka waktu dua tahun seluruh Al-Qur’an telah dihafalnya. Kemudian, pada usia 14 tahun dia dikirim ayahnya ke Tanta untuk belajar di Masjid Al-Ahmadi (al-Jami’ al-Ahmadi). Di sini, di samping melancarkan hafalan Al-Qur’annya, dia juga belajar bahasa Arab dan fiqih. Setelah belajar dua tahun, Abduh merasa bosan karena sistem pengajarannya memakai metode hafalan. Dengan rasa kecewa Abduh kembali ke Mahallat Nasr.
Pada 1282 H/1866 m Abduh memasuki hidup berumah tangga. Sekitar 40 hari setelah menikah, Abduh dipaksa ayahnya kembali ke Tanta untuk melanjutkan pelajarannya. Dalam perjalanannya ke Tanta, Abduh mengubah haluan menuju desa Kanisah untuk bertemu dengan pamannya, Syaikh darwisy Khadr.
Kemudian dia melanjutkan pelajarannya di Masjid Al-Ahmadi dan pada 1866 dia resmi masuk di Al-Azhar. Dia belajar ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di Al-Azhar, seperti filsafat, logika, dan matematika kepada Syaikh Hasan At-Tawil.
Abduh dan kawan-kawannya berkesempatan berdialog dngan tokoh pembaru, bernama Jamaluddin Al-Afghani (1870). Melalui jamaluddin, Abduh mendalami pengetahuan tentang filsafat, matematika, teologi, politik, dan jurnalistik. Bidang pengetahuan yang menarik perhatian Abduh ialah teologi, terutama teologi Mu’tazilah. Buku yang dipelajarinya adalah Syarh at-Taftazani ‘Ala al-‘Aqa’id an-Nasafiyah (Penjelasan Taftazani tentang kepercayaan Aliran Nasafiyah).
Meskipun tujuan Jamaluddin al-Afghani dan Syaikh Muhammad Abduh sama, yaitu pembaruan masyarakat islam, namun cara untuk mencapai tujuan itu berbeda.Kalau yang pertama (Jamaluddin) menghendaki jalan revolusi, maka yang kedua (Abduh) memandang bahwa revolusi dalam lapangan politik tidak aka nada artinya, sebelum ada perubahan mental secara berangsur-angsur.
Pemberontakan Urabi Pasya di mesir telah mangakhiri kegiatan Syaikh Muhammad Abduh karena pada akhir 1882 M dia diusir dari Mesir (di-externir). Karena itu dia pertama-tama pergi ke Beirut, kemudian pada awal 1884 pergi ke Prancis dan di sana ia nertemu lagi dengan jamaluddin Al-Afghani. Kedua tokoh ini kemudian mendirikan suatu perhimpunan yang kuat dan menerbitkan majalah bulanan dengan nama al-urwah al-Wutsqa. Tujuan perhimpunan ini adalah meembersihkan Mesir dari penduduk Eropa, terutama imperialis inggris.
B.       Karya-karya Muhammad Abduh
Syaikh Muhammad Abduh meninggalkan beberapa karyanya, antara lain:
a.     Risalah al-Tauhid
Muhammad Abduh mengajar pada perguruan As Sulthaniyah pada 1885 sekitar setahun lamanya, mengajarkan ilmu Tauhid, Fiqih, dan Sejarah Islam. Hasil pelajaran tersebut, kemudian dibukukan dan menjadi bahan pelajaran di Sekolah Menengah Al-Azhar, ketika dia telah diizinkan pulang ke Mesir. Jadi Risalah al Tauhid adalah karya hasil pengalaman mengajar ketika di Syiria.
b.    Al-Islam Wan-Nashraniyah Ma’al-Ilmi Wal-Madaniyah
Ditulis tahun 1902, buku ini memperbandingkan antara pandangan Islam dan Kristen tentang ilmu, peradaban, watak kedua agama itu dan keadaan Islam waktu itu, penyakit yang melanda umat Islam dan bagaimana terapinya. Pada bab penutup dikupas pemikiran filosof Ibnu Rusydi dan terakhir berisi tentang kesan dan tanggapan terhadap buku tersebut baik dari kalangan islam maupun Kristen.
c.     Syarah kitab Al-Basyair al-Nashiriyah karangan Syaikh Al-Qadhi Zainuddin, tahun 1898.
d.    Tafsir Al-Manar
Tafsir ini mula-mula merupakan bahan kuliah di Al-Azhar mulai tahun 1899. Muridnya yang setiaSayid Rasyid Ridha menulisnya kembali dengan rapi. Setelah diteliti dan disetujui oleh Abduh,lalu disiarkan melalui majalah Al-Manar. Kuliah tafsir ini, baru sampai surat An-Nisa’ ayat 125, karena beliau meninggal dunia tahun 1905. Selanjutnya tafsir Al-Manar diteruskan oleh Sayid Rasyid Ridha, sampai selesai.
e.    Ide pemikirannya bersama-sama dengan gurunya, Sayid Jamaluddin Al-Afghani, ditulis dimajalah Al-‘Urwah Al-Wutsqo, untuk menyadarkan dan mempersatukan pikiran umum di seluruh negeri Muslim.
f.     Ar-Raddu ‘Ala al-Dahriyyin tahun 1886, berisi penolakan pemikiran-pemikiran yang materialis, terjemahan buku yang berbahasa Persia, karangan Sayid Jamaluddin Al-Afghani sendiri.
g.    Syahrul-Balaghah, tahun 1885
h.    Syarah Maqamat Badi’izzaman Al-Hamadani, tahun 1889
i.      Menerjemahkan karangan Herbert Spencer, filosuf Inggris, ke dalam bahasa Prancis, berjudul L’Education (Nasution: 62-74; Adam: 48-49)
j.      Durus Min Al-Qur’an (berbagai pelajaran dari Al-Qur’an)
k.    Hasyiyah ‘Ala Syarhid-Dawwani al-‘Aqaid al-Adudiyah (komentar terhadap penjelasan Ad-Dawwani tentang Akidah –akidah yang meleset)
l.      Tafsir Al-Qur’an al Karim Juz ‘Amma.

C.      Sistem teologi Muhammad Abduh
Teologi dalam arti sederhana membahas soal soal yang berkaitan dengan diri Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta,terutama hubungan-Nya dengan manusia. Dalam pendapat muhmmad abduh, jalan yang di pakai untuk mengetahui tuhan, sebagai telah di jelaskan dalam falsafah wujudnya, bukanya wahyu saja tetapi juga akal. Akal,dengan kekuatan yang ada dalam dirinya, berusaha memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan wahyu. Konsep teologi ini dapat digambarkan sebagai Tuhan berada di puncak alam wujud dan manusia di dasarnya.

Jalan untuk memperoleh pengetahuan menurut Muhammad Abduh memang dua, akal dan wahyu. Wahyu ia artikan “pengetahuan” (عرفان) yang diperoleh seseorang dalam dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa itu berasal dari Allah, baik dengan perantara maupun tidak. Di dalam Risalah, ia menjelaskan bahwa Allah memilih manusia tertentu, yang jiwanya mencapai puncak kesempurnaan, sehingga mereka dapat menerima pancaran ilmu yang disinarkan-Nya. Di tempat lain, ia menyebut lagi bahwa ada jiwa-jiwa manusia yang begitu suci sehingga dapat menerima limpahan cahaya Tuhan (الفيض الالهي), dapat mencapai ufuk tertinggi dan dapat mengetahui hal-hal yang bersangkutan dengan Tuhan. Dari sistem teologinya tersebut melahirkan banyak pandangan,antara lain:
a.    serangan terhadap taklid
Taklid menurut pendapatnya adalah salah satu sebab penting yang membawa kemunduran umat islam abat kesembilanbelas dan duapuluh. Ia mengeritk ulama yang mengajarkan bahwa islam zaman belakangan wajib  mengikuti hasil ijtihat ulama-ulama terdahulu, sehingga akal tidak berfungsi lagi dikalangan umat islam. Taklid mengakibatkan perkembangan dalam bahasa, organisasi sosial , hukum, lembaga-lembaga pendidikan dan lain lain menjadi terhambat. Ia juga menolak kebiasaan menggunakn hadits sebagai sumber rukun iman, sesengguhnya hadits itu lemah dan tak terkenal. Ia berpendapat bahwa ajaran islam sendiri menentang taklid. Ia sering membicaran hal ini dalam Risalah At-Tauhid. Sikap mengikuti penapat ulama silam oleh ajaran islam dicap sebagai bodoh. Ia mengatakan bahwa ajaran islam sebenarnya menghancukan penguasaan taklid atas jiwa manusia. Ia mengatakan kebiasaan memakai akal dalm menghadapi problem-problem yang mereka hadapi, maka pembaharuan akan berjalan dengan baik didunia islam.
b.    perbedaan manusia dari segi akal
 Karena pentingnya akal dalam pendapat Abduh .perbedaan antar manusia baginya bukan lagi terletak pada takwa tetapi juga pada akal. Dan yang mendekatkan manusia kepada tuhan hanyalah kesucian akal dan keraguan.

D.      Kekuatan Akal dalm Sistem Teologinya
Muhammad Abduh berpendapat bahwa ada soal-soal keagamaan, seperti adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya mengirim rasul tidak dapat diyakini, kecuali melalui pertolongan akal. Pengiriman rasul, dengan demikian, diperlukan bukan untuk mengetahui adanya Tuhan, tetapi untuk mengetahui sifat-sifat-Nya. Tidak dapat dielakkan bahwa akal dengan sendirinya dapat sampai kepada keyakinan tentang adanya Tuhan.

Disamping adanya Tuhan, akal juga dapat mengetahui sifat-sifat Tuhan, sungguh pun tidak seluruhnya. Harus qadim, tidak mempunyai permulaan dalam wujudnya. Kalau tidak, ia mesti diciptakan dan oleh karenanya berhajat pada pencipta. Ia juga mesti baqi, tidak mempunyai kesudahan dalam wujud, dalam arti Ia tidak bisa menjadi tiada, karena ini berarti peniadaan esensi-Nya sedang esensi-Nya adalah wujudnya. Ia juga harus tidak tersusun, karena kalau Ia mempunyai bagian-bagian, wujud-Nya harus didahului oleh wujud bahagian-bahagian-Nya. Dan hayat merupakan sifat kesempurnaan dan oleh karena itu Tuhan harus hidup, sungguhpun hayat-Nya berbeda dengan hayat yang mungkin ada.

Ia harus pula mempunyai sifat ilmu, karena ilmu adalah juga sifat kesempurnaan. Ia juga harus mempunyai kekuasaan, qudrah, karena yang menciptakan sesuai dengan ilmu dan kemauan-Nya, harus mempunyai kekuasaan. Karena Allah mempunyai kemauan dan kekuasaan, Ia harus pula mempunyai kebebasan memilih (ikhtiyar), karena arti ikhtiyar ialah melaksanakan kekuasaan sesuai dengan pengetahuan dan kemauan. Ia adalah pencipta bebas. Karena Allah adalah yang tersempurna dari semua maujudat yang lain, Allah harus pula Esa dan unik, karena kalau Yang mesti Ada Pada Esensi-Nya banyak, masing-masing harus berbeda dari yang lain. Akal, dalam pendapat Muhammad Abduh, juga dapat mengetahui keadaan hidup manusia di alam gaib.

Tegas Muhammad Abduh akal dalam pendapatnya dapat:
1.    Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya;
2.    Mengetahui adanya hidup di akhirat;
3.    Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada mengenal Tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaraannya bergantung pada tidak mengenal Tuhan dan pada perbuatan jahat;
4.    Mengetahaui wajibnya manusia mengenal Tuhan;
5.     Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik wajibnya ia menjauhi perbuatan jahat untuk  kebahagiaanya di akhirat;
6.     Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.
     Aqal, memurut Muhammad Abduh dapat mengetahui dua hal pokok yang digariskan dalam agama,yaitu;kewajiban dalam mengetahui tuhan dan kewajiban melaksanakan perintah kebaikan,serta meninggalkan larangan-larangan yang dipandang buruk.Pembahasan masalah aqal dalam menelisik kedua masalah pokok yang terdapat dalam agama,ketuhanan,serta perbuatan baik dan buruk,sesungguhnya telah dilakukan oleh aliran-aliran teologi dalam masa keemasan islam.Yang mulanya hanya dua masalah pokok,secara terstruktur memecah menjadi empat masalah pokok. Yaitu;
1.  Mengetahui Tuhan.
2.  Mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan.
3.  Mengetahui kebaikan dan kejahatan.
       4.  Mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi perbuatan jahat.
              Sesungguhnya,antara kelompok Muhammad Abduh dan kelompok muktazilah  terdapat pemikiran sepaham tentang dasar masalah teologi.Yaitu sama-sama berpendapat bahwa wahyu itu tidak berfungsi,dan bahwa aqal adalah sumber,sekaligus kekuatan  tertinggi.






BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
           Dari uraian pembahasan tersebat, dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar teologi Muhammad Abduh,yang menjadi salah satu andalan beliau untuk menyelamatkan kaum muslimin dari kemunduran moral dan ketuhanan,itu terdapat persamaan dengan dasar teologinya orang-orang muktazilah.Yang intinya sama-sama memberi predikat tertinggi untuk akal,dalam masalah ketuhanan dan sama-sama berargument bahwa wahyu tidak mempunyai fungsi secara mutlaq dalam keempat masalah pokok keagamaan yang telah dipersoalkan oleh masing-masing kalangan.
B.     Saran
            Demikian makalah ini penulis buat. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata baik dan sempurna,dan mungkin masih banyak kesalahan yang terjadi tanpa disengaja dalam penyajian materi tentang muhammad abduh. Sehingga jika kesalahan tersebut memang benar-benar ada dalam makalah ini,maka penulis mohon saran dan kritik dari pembaca-pembaca yang budiman dan dosen pembimbing,supaya bisa lebih baik lagi. Juga dengan harapan agar bermanfaat bagi  penulis dan umumnya bagi para pembaca yang senantiasa diridhai oleh allah.


DAFTAR PUSTAKA

Abduh,Muhammad.1956. Risalah at-Tauhid. Cairo:Maktabah an-Nahdhah
Aziz, Ahmad Amir. 2009. Pembaruan Teologi Perspektif, Modernisme Muhammad Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman. Jakarta: Penerbit Teras
Nasution,Harun.1987.Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Nasir, A. Sahilun. 2010. Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wibowo, Andre. 2013. Makalah-Pemikiran-Teologi-Ulama-Modern. http://pp-pengen-pintar.blogspot.com
                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar